Sabtu, 30 Juli 2016

Halijah Ngentot: Ngentot dengan Yosvi




Pembaca, perkenalkan, namaku Halijah. Di lingkungan tetangga, aku biasa dipanggil Ijah saja. Aku adalah perempuan yang biasa-biasa saja, susuku tidak besar, pantatku lumayan montok meski tidak terlalu membusung. Salah satu daya tarikku mungkin kulitku yang putih mulus. Itu kata suamiku. Aku sering ngentot dengan suamiku. Suamiku paling senang menjilati pepekku yang katanya selalu menggairahkan. Jembutku lebat dan hitam. Jarang aku cukur karena suamiku suka dengan yang lebat dan hitam.

Suamiku kerja di kantor. Pergi pagi, pulang sekitar jam sembilan malam. Meski kerja seharian, suamiku kuat dan selalu siap kalo aku ajak ngentot. Bahkan sampe dua kali semalam.

Hari ini seperti biasa, aku mulai menjalankan bisnis online ku. Suamiku sudah berangkat kerja tadi pagi. Aku memang membuka usaha online. Aku menjual produk kecantikan.

Menjelang sore hari, aku bergegas mandi setelah menyediakan makan malam di atas meja, yang pada saat ini harus kusiapkan sendiri, sebab Mbok Minah, pembantu setiaku sedang pulang kampung, karena mendadak ada keluarga dekatnya di kampung yang sakit berat.

Setelah selesai mandi, aku mengeringkan tubuhku dan dengan hanya membungkus tubuhku dengan handuk mandi, aku membuka pintu kamar mandi dan masuk ke dalam kamar tidur. Dengan masih dililit handuk, aku duduk di depan meja rias untuk mengeringkan tubuh dan bersisir rambut.

Tiba-tiba bel berbunyi. Oh iya, aku memang sedang menunggu Tia, partner bisnisku selama dua tahun terakhir. Aku bergegas menuju pintu. Aku gak peduli kalau aku masih pakai handuk. Toh yang datang adalah Tia, pikirku.

Aku membuka pintu. Rupanya yang datang adalah Yosvi, tetanggaku yang tinggal di komplek sebelah. Aku kenal Yosvi lantaran istrinya sering memesan kosmetik kepadaku. Yosvi berdiri mematung di depan pintu. Aku lihat tatapan matanya sesekali melirik pahaku yang terbuka cukup lebar lantaran tak tertutup dengan sempurna oleh handukku. Mungkin sekitar  satu kilan saja bagian handuk ini menutupi pahaku. Sisanya, pahaku terbuka.

“Anu, Kak Ijah, saya mau… mau…”

“Mau ambil kosmetik pesenan Shinta ya?” tanyaku. Yosvi mengangguk. Matanya kini tertuju ke dadaku yang juga tak tertutup dengan sempurna.

“Masuk dulu deh. Sebentar ya, saya ganti baju dulu.”

Aku bergegas ke kamar. Maksudku aku mau cepet-cepet ganti baju. Tapi aku kaget sebab Yosvi membuntutiku sampai ke kamar. Aku mulai dihinggapi rasa takut.

Pada saat itu Yosvi berjalan mondar mandir di dalam ruangan kamar dan sekali-sekali matanya yang hitam kecoklatan melihat ke arahku yang sedang mematung  memegang selembar daster yang belum sempat aku kenakan. Melihat Yosvi seperti itu, kupikir lebih baik menyuruhnya keluar. Aku berbalik menghadap cermin. Ternyata Yosvi malah menerkamku dari belakang. Tangannya menekan bagian punggungku, aku mencoba berbalik dan karena beratnya badan Yosvi. Aku terhuyung-huyung dan jatuh telentang di lantai yang dilapisi karpet tebal. Kedua kaki terpentang lebar, sehingga handuk yang tadinya menutupi bagian bawahku terbuka, yang mengakibatkan bagian bawahku terbuka polos di mana kemaluanku dan bagian pahaku yang putih mulus terpampang dan masih agak basah karena belum sempat kukeringkan dengan betul.

“Aduh Kak Ijah, lebatnya jembutmu. Aaaccccchhh… aku udah ngaceng dari tadi Kak. Pepekmu aku jilatin ya Kak.” Yosvi dengan cepat berjalan ke arahku yang sedang telentang di lantai dan sekarang berdiri diantara kedua kakiku yang terbuka lebar itu. Dengan cepat kepalanya telah berada diantara pangkal pahaku dan tiba-tiba terasa lidahnya yang lembut dan basah itu mulai menjilati pahaku, hal ini menimbulkan perasaan yang sangat geli. Aku mencoba menarik badanku ke atas untuk menghindari jilatan lidahnya pada pahaku, akan tetapi terdengar suara desahan keluar dari mulutnya dan dengan masih terus menjilati pahaku. Yosvi menunjukkan kuku-kukunya yang runcing dan mencengkram betisku dengan kencang, yang membuatku sangat ketakutan sehingga badanku terdiam dengan kaku. Kedua mataku melotot dengan ngeri melihat ke arah tetanggaku tersebut yang kepalanya berada diantara kedua pahaku. Jilatannya makin naik ke atas dan tiba-tiba badanku menjadi kejang ketika lidahnya yang panas itu terasa menjilat belahan bibir kemaluanku dari bawah terus naik ke atas dan akhirnya badanku terasa meriang ketika lidahnya yang besar basah dan kenyal itu menyentuh klitorisku dan menggesek dengan suatu jilatan yang panjang, yang membuatku terasa terbang melayang-layang bagaikan layang-layang putus ditiup angin.

“Kak Ijahhhh.. owwwhhh… Kakak sungguh menggairahkan. Paha Kakak mulus sekali. Maafin aku ya Kak, aku gak kuat nahan napsuku. Ini kontolku udah sakit sekali. Shinta lagi datang bulan Kak. Sekali lagi maafin aku,” Yosvi menjilati lagi pepekku dengan jilatan panjang dan lembut. Dia sama sekali tidak terburu-buru. Ini yang membuat aku sesekali kehilangan kendali. Aku ingin teriak, namun sungguh aku gak ingin kehilangan sensasi yang menyenangkan ini.

"Aduuhh!" tak terasa keluar keluhan panjang dari mulutku. Badanku terus bergetar-getar seperti orang kena setrum dan mataku terus melotot melihat ke arah lidah Yosvi yang bolak balik menyapu belahan bibir pepekku dan dengan tak sadar kedua pahaku makin terbuka lebar, memberikan peluang yang makin besar pada lidah Yosvi bermain-main pada belahan kemaluanku. Dengan tak dapat kutahan lagi, cairan pelumas mulai membanjiri keluar dari dalam kemaluanku dan bau serta rasa dari cairan ini makin membuat Yosvi makin giat memainkan lidahnya terus menyapu dari bawah ke atas, mulai dari permukaan lubang anusku naik terus menyapu belahan bibir kemaluanku sampai pada puncaknya yaitu pada klitorisku.

“Kak Ijah sudah orgasme rupanya. Sabar ya Kak, aku masih ingin menjilati pepek Kakak. Sebentar lagi aku akan ngontolin Kakak. Sabar dulu ya,”

Ohh.. dengan cepat kemaluanku menjadi basah kuyup oleh cairan nafsu yang keluar terus menerus dari dalam kemaluanku. Sejenak aku seakan-akan lupa akan diriku, terbawa oleh nafsu birahi yang melandaku, akan tetapi pada saat berikut aku sadar akan situasi yang menimpaku.

“Yos, aaaccchhh… kurang ajar kamu. Sudah. Hentikan. Akan aku adukan perbuatanmu ini ke suamiku. Owwwhhh… mphhhhh… aaahh… acccchhhhh…” Aduuhh benar-benar gila ini, aku terbuai oleh nafsu karena sentuhan lidah tetanggaku yang kurang ajar ini.  aahh.. tidak.. tidak bisa ini terjadi, tidak boleh diteruskan.

“Jangan munafik Kak. Kakak bahkan sudah orgasme sekali. Itu artinya Kak Ijah menikmati semua ini kan?”

Dengan cepat aku menarik badanku dan mencoba bergulir membalikkan badanku untuk bisa meloloskan diri dari Yosvi. Dengan membalikkan badanku, sekarang aku merangkak dengan kedua tangan dan lututku dan rupanya ini suatu gerakan yang salah yang berakibat sangat sangat fatal bagiku, karena dengan tiba-tiba terasa sesuatu beban yang berat menimpa punggungku dan ketika masih dalam keadaan merangkak itu aku menoleh kepalaku ke belakang, terlihat Yosvi dengan kedua tangannya telah menekan punggungku dan kuku-kuku tangannya itu nyangkut pada handuk yang melilit badanku, badannya yang berat itu menekan badanku. Untung badanku dililit handuk tebal, kalau tidak pasti punggungku luka-luka terkena cakaran kuku Yosvi yang tajam dan kuat itu.

Aku mencoba merangkak maju dan berpegang pada tepi tempat tidur untuk mencoba berdiri, akan tetapi tiba-tiba Yosvi menekan badannya yang beratnya hampir 70 Kg itu sehingga posisiku yang sudah setengah berlutut, karena beratnya badan Yosvi, akhirnya aku tersungkur ke tempat tidur dengan posisi berlutut di pinggir tempat tidur dan separuh badanku tertelungkup di atas tempat tidur, di mana badan Yosvi menidih badanku. Kedua kaki Yosvi bertumpu di lantai diantara kedua pahaku yang agak terkangkang dan karena posisi badanku yang tertelungkup itu, maka handuk yang melilit dan menutupi badanku agak terangkat ke atas, sehingga bagian pantatku  terbuka dengan lebar. Badan Yosvi terasa berat menidih badanku. Yosvi rupanya sengaja menggesek-gesekkan selangkangannya ke belahan pantatku yang terbuka dan sedikit mengangkang. Yosvi masih mengenakan celana basket yang aku yakin sekali kalau celana jenis ini sangat mudah untuk dibuka. Tinggal dipelorotin sedikit maka bagian bawah Yosvi akan telanjang. Acccchhhh… sialan. Selangkangan Yosvi keras juga. Terasa menggesek belahan pantatku dan itu… itu nikmat sekali.

“Kak Ijaaaaaahhh… ooooohhh, baru begini saja udah enak sekali rasanya. Aku gak sabar mau ngentotin Kakak dari belakang.”
Aduh gila ini, sekarang aku benar-benar terjebak dalam posisi yang sulit. "Yos! Turun! Sialan kamu!" aku mencoba menghardik Yosvi, kedua tanganku tidak dapat aku gerakkan karena terhimpit diantara badanku dan badanku sendiri tertindih badan Yosvi dengan erat.

Tiba-tiba aku merasakan ada suatu benda kenyal, panjang, dan sedikit panas terhimpit pada belahan pantatku dan tiba-tiba aku menyadari akan bahaya yang akan menimpaku. Yosvi rupanya sudah membuka celana basketnya dan semakin terangsang dengan tergesek-geseknya batang kemaluannya pada belahan kenyal pantatku.

"Yos, stop! Plis, jangan perkosa aku. Aku mohon, Yos!" dengan panik aku mencoba menyuruhnya turun dari punggungku, akan tetapi seruanku itu tidak dipedulikan oleh Yosvi, malahan sekarang terasa gerakan-gerakan mencucuk dari kontol Yos pada belahan pantatku. Mula-mula perlahan dan semakin lama semakin gencar saja. Aku menoleh ke kanan, ke arah kaca besar lemari yang persis berada di samping kanan tempat tidur, terlihat kontol Yosvi telah mengacung dengan tegaknya. Kontol tersebut telah keluar dari pembungkusnya dan terlihat seperti pentungan kecil yang perkasa, ujungnya berbentuk agak meruncing sedang mencocol-cocol belahan pantatku. Rasanya goyangan Yosvi tersebut makin cepat saja. Memang belum dia masukkan ke dalam pepekku. Dan harus aku akui kalau sensasi yang ditimbulkan dari gerakan ini sungguh nikmat. Tapi tak mungkin aku katakan ini kepada Yosvi.  

Aku benar-benar menjadi panik, bagaimana tidak, aku dalam posisi terjepit dan sedang akan disetubuhi oleh Yosvi, tetanggaku yang kelihatan sedang kesetanan oleh nafsu birahinya. Tanpa kusadari sodokan-sodokan kontol Yosvi semakin gencar saja, sehingga aku yang melihat gerakan pantat tetanggaku tersebut melalui cermin, benar-benar terpesona karena gerakan tekanan-tekanan ke depan pantatnya benar-benar sangat cepat dan gencar, terasa sekarang serangan-serangan kontol tetanggaku tersebut mulai menimbulkan perasaan geli pada belahan pantatku dan kadang-kadang ujung batang kemaluannya menyentuh dengan cepat lubang anusku, menimbulkan perasaan geli yang amat sangat.

Yosvi mulai merenggangkan himpitannya pada tubuhku. Aku kini bisa sedikit leluasa. Tanganku aku rentangkan di tempat tidur. Sementara posisiku aku benarkan.tak enak sekali rasanya nungging sambil terjepit. Kini aku nungging yang benar-benar nungging, seperti saat aku dikentot oleh suamiku. Pahaku sedikit aku kangkangkan. Aku bukan ingin memberikan kesempatan pada Yosvi supaya dia mudah ngentotin aku dari belakang, tapi tubuhku letih sekali. Aku ingin meregangkan ototku sejenak.

Ketika aku berpaling lagi ke kaca, terlihat sekarang kontol Yosvi yang mengacung dengan perkasa. Besar, berotot, dan panjang. Ukurannya mungkin sekitar kurang lebih 20 cm dengan lingkaran kurang lebih 4 cm. Oh.. mungkin sebesar lingkaran tanganku, benar-benar sangat mengerikan melihat batang kemaluan yang sangat besar itu mencuat dengan tegang di bawah perut tetanggaku yang berbulu itu.

Tiba-tiba mataku terbelalak dan tubuhku menjadi kaku tegang ketika merasakan kepala batang kemaluan yang dahsyat menyentuh dengan tepat di belahan bibir kemaluanku, "Ooohh.. oohh.. kau akan memperkosaku Yos??! Kurang ajar kamu… awwww… occchhh…" keluhku terengah-engah. Aku semakin terengah-engah ketika merasakan kepala batang kemaluan Yosvi terasa terjepit diantara kedua bibir kemaluanku dan terasa mulai menekan untuk mencari jalan masuk ke dalam. Ooohh.. benar-benar Yosvi akan segera membuatku sebagai anjing betinanya. Yosvi, ketika merasakan batang kemaluannya dijepit sesuatu yang lembut tapi kenyal, segera bereaksi dengan cepat dan mulai memompa batang kemaluannya dengan asyik untuk segera menerobos masuk benda yang menjepit batang kemaluannya itu, sambil mendesah setiap kali aku mencoba bergerak menghindar.

Akhirnya dengan suatu gerakan dan tekanan yang cepat, Yosvi mendorong pantatnya ke depan dengan kuat, sehingga batang kemaluannya yang telah terjepit diantara bibir pepekku yang memang telah basah kuyup dan licin itu, akhirnya terdorong masuk dengan kuat dan terbenam ke dalam kemaluanku, diikuti dengan jeritan panjang kepedihan yang keluar dari mulutku. "Aaduuhh!" sempat terlintas di dalam otakku, "Ooohh gila.. betapa besarnya!" kepalaku tertengadah ke atas dengan mata yang melotot serta mulut yang terbuka megap-megap kehabisan udara serta kedua tanganku mencengkeram dengan kuat pada kasur. Akan tetapi Yosvi, tanpa memberikan kesempatan padaku untuk berpikir dan menyadari keadaan yang sedang terjadi, dengan cepat mulai memompa batang kemaluannya dengan gerakan-gerakan yang sedikit buas, tanpa mengenal kasihan pada aku yang baru pertama kali ini menerima batang kemaluan yang sedemikian besarnya dalam pepekku. Jujur, kontol suamiku tak sebesar kontol Yosvi.

Batang kemaluannya dengan cepat keluar masuk mengaduk-aduk lubang kemaluanku tanpa mempedulikan betapa besar batang kemaluannya dibandingkan dengan daya tampung kemaluanku, setiap gerakan masuk batang kemaluannya, terasa keseluruhan bibir kemaluan dan klitorisku tertekan masuk ke dalam, di mana klitorisku terjepit dan tergesek dengan batang batang kemaluannya, sehingga menimbulkan perasaan geli dan nikmat yang tak terlukiskan yang belum pernah kualami selama ini dan pada waktu batang kemaluannya ditarik keluar, terasa seluruh bagian dalam kemaluanku seakan-akan tertarik keluar menempel dan mengikuti batang kemaluannya, sehingga badanku bergerak terdorong ke belakang, dimana sebelum aku sempat menyadarinya batang kemaluannya telah mendorong maju lagi dan menerobos masuk dengan cepat ke dalam pepekku, menimbulkan sensasi yang sukar dilukiskan dengan kata-kata, aku benar-benar terbuai dan karena posisiku yang sedang bertumpu pada kasur tempat tidur, maka kedua buah dadaku yang tergantung bergerak-gerak terayun-ayun ke depan ke belakang mengikuti dorongan dan tarikan kontol Yosvi pada pepekku.

“Kak Ijjjjjaaahhhh.. ohhhh… ohhhh… pepekmu sungguh sempit Kaaaaak… Nnnnnikmattthhhh… owwwhhh…”

Ooohh.. ini tak mungkin terjadi, pikirku setengah sadar. Aku sedang disetubuhi oleh tetanggaku sendiri??? Sementara perkosaan liar ini terus berlangsung, desiran darahku terasa mengalir semakin cepat, pikiran warasku perlahan-lahan menghilang kalah oleh kenikmatan yang sedang melanda tubuhku, perasaanku seakan-akan terasa melayang-layang di awan-awan dan dari bagian bawah badanku terasa mengalir suatu perasaan mengelitik yang menjalar ke seluruh bagian badanku, membuat perasaan nikmat yang terasa sangat fantastis, membuat mataku terbeliak dan terputar-putar akibat pengaruh kontol Yos yang dahsyat mengaduk-aduk seluruh yang sensitif pada bagian dalam kemaluanku tanpa ada yang tersisa, keseluruhan bagian yang bisa menimbulkan kenikmatan dari dinding dalam kemaluanku tak lolos dari sentuhan, tekanan, gesekan dan sodokan kepala dan batang kontol Yos yang benar-benar besar itu, rasanya paling kurang dua kali besarnya dari batang kemaluannya suamiku dan cara gerakan ngentot  bergerak memompakan batang kemaluannya keluar masuk ke dalam kemaluanku, benar-benar sangat cepat, membuatku tak sempat mengambil nafas ataupun menyadari apa yang terjadi, hanya rasa geli-geli nikmat yang menyelubungi seluruh perasaanku, membuat secara perlahan-lahan aku tidak dapat mengendalikan diriku lagi.

“Yosss.. Yossssviii… auwww… ihhhh… gilaaaa… kau memperkosaku… ihhh ihhhhh… hhmmmmmphhh…”

Aku mulai menyadari akan hebatnya kenikmatan yang sedang menyelubungi seluruh sudut-sudut yang paling dalam di relung tubuhku akibat sodokan-sodokan kontol dalam pepekku dan membuatku sangat terkejut. Aaahh.. tidak! Setan sedang mencoba kesetiaanku saat ini! Ini sesuatu hal yang sangat tidak wajar! Ini benar-benar salah! Tapi ohh, apakah kenikmatan ini benar-benar salah? Aahh.. sshh aku seharusnya tidak menyerah pada cengkeraman tangan-tangan setan! Tiba-tiba aku merasakan sesuatu yang besar, benar-benar besar sedang menggenjot  masuk ke dalam kemaluanku, memaksa bibir kemaluanku membuka sebesar-besarnya, rasanya sampai sebatas kemampuan yang bisa ditolerir. Dan, demi Tuhan, ini nikmat sekali. Owwwh, aku menikmatinya.

Aku menoleh ke arah cermin untuk melihat Yosvi yang sedang ngentotin aku dengan gaya nungging seperti anjing. Aku muak. Tapi… tapiii… aaduuhh.. gila.. ini benar-benar gila, keluhku. Terlihat bagian pangkal batang kemaluan Yosvi yang membengkak, membentuk seperti tongkat dan sedang keluar masuk, menekan pepekku dan secara perlahan-lahan memberikan kenikmatan saat keluar  masuk ke dalam lubang kemaluanku.

"Ooohh.. aampun.. jangan Yos.. aku akan mati kalau sampai suamiku tau. Cukup Yos… aaaacccchhhh….” Keluhku memelas tak berdaya seakan-akan Yosvi akan mengerti, akan tetapi sia-sia saja, dengan mata melotot aku melihat benda tersebut tetap menghilang dan muncul, keluar masuk di dalam kemaluanku dan terasa seperti bagian bawahku akan terbelah dua, kepalaku tertengadah ke atas dan mataku terbalik ke belakang sehingga bagian putihnya saja yang kelihatan, dan sekujur badanku mengejang, kontol Yosvi  terus menerobos dan menggenjot masuk ke dalam lubang sorgaku, sampai akhirnya seluruh lubang kenikmatanku dipenuhi oleh kepala, batang kemaluan dan bongkahan kontolnya itu. Oh.. benar-benar terasa sesak dan penuh lubang kemaluanku oleh seluruh batang kontol Yosvi.

tiba-tiba Yos menghentikan goyangannya. Aku terengah-engah. Yos mencabut kontolnya dengan perlahan. Aku gusar. Aku menoleh ke belakang. “Kenapa Yos? Kamu sudah orgasme?” tanyaku. Ah, bodohnya aku. Aku seperti tak rela kenikmatan ini berakhir secepat ini. Yos menatapku dengan tatapan lembut. Aku menyukainya. Yos mengusap bongkahan pantatku. Tak lama dia menjilati pantatku yang putih mulus. Agak lama. Aku memejamkan mata, benar-benar menikmati sapuan lidahnya yang lembut itu.

“Kak, kita ngentot di ranjang yuk. Kasian kalo aku ngentotin Kak Ijah dengan gaya nungging terus. Pasti Kak Ijah letih. Kakak mau ngentot di ranjang dengan aku?”

Sialan. Pertanyaan macam apa itu? Dia pikir aku istrinya apa? Laki-laki bodoh. Tapi… tapi aku justru beranjak dari posisi nunggingku. Aku bangkit naik ke ranjang. Merebahkan tubuhku dengan perlahan juga. Agghh.. biarlah aku disebut apa saja, aku tidak peduli lagi, aku adalah seorang perempuan jalang, seorang perempuan jalang yang keenakan diperkosa dan disetubuhi oleh tetanggaku sendiri, laki-laki dengan alat kejantanannya yang dahsyat, panjang, keras, dan besar. Aku memandang ke bawah antara kedua kakiku yang terpentang dan terlihat bibir kemaluanku yang terpentang lebar. Bulu pepekku sudah basah kuyup.

Yos membuka handukku dan aku diam saja. Aku kini bugil. Telanjang. Sepenuhnya telanjang. Dan aku tidak marah. Aku memang jalang. Aku hanya bisa mendesah kenikmatan saat lidah Yos menjilati pentil susuku yang sudah mengacung dari tadi. Rasanya nikmat sekali. Aku memejamkan mata. Yos sungguh pintar memainkan lidahnya. Shinta pasti puas sekali ngentot dengan laki-laki seperti Yos.

“Sudah siap ngentot lagi Kak?”

Aku mengangguk dalam terpejam. Aku kian mengangkangkan pahaku. Kurasakan kepala kontol Yos mulai menempel di belahan pepekku yang sudah kuyup. Perlahan tapi pasti, batang kontol yang nikmat itu manerobos dengan sempurna. Keluar masuk dengan lembut. Tak lagi tergesa-gesa. Aku benar-benar kenikmatan. Aku mulai meracau. Kuremas susuku sendiri. Tubuhku terguncang-guncang mengikuti irama gerakan perkosaan yang nikmat ini.

“Aku… awwwwwwwhhhhh… aku mau keluar Yosssssshhhhh…”

Yos terus ngentotin aku. Kini gerakannya kian cepat. Kian cepat. Kian cepat. Aku akhirnya jebol. Aku melenguh panjang. Aku orgasme lagi. Tak lama, Yos juga mengikutiku. Tubuhnya mengejang hebat. kontolnya menyodok-nyodok dinding pepekku dengan kasar. Sedikit perih tapi nikmat.

Yos rebah di atas susuku. Napasnya terengah. Lidahnya sempat menjilat puting susuku. Sedang kontolnya masih juga tertancap di dalam pepekku. Kontol itu mengedut beberapa kali, memuntahkan sperma yang sangat banyak.

“Kak Ijah marah sama aku?”

Air mataku seketika meleleh. Aku sudah menghianati suamiku. Tapi, kontol ini sungguh nikmat. Akhirnya aku menggeleng juga. “Tidak. Sekarang tidak lagi. Tadinya aku mau marah sama kamu. Aku muak sama kamu. Tapi lama-lama kamu memperlakukan aku dengan lembut. Aku sungguh seperti tidak sedang diperkosa. Aku menikmatinya Yos. Maaf, aku harus mengatakan ini. Aku ingin kamu tersedia untukku saat aku ingin kontol yang besar. Seperti kontolmu itu. Bisa?”

Yos mengulum puting susuku sambil mengangguk. Aku senang dengan jawaban tak langsungnya itu. Di dalam hati, aku harus minta maaf dengan suamiku dan Shinta, istri Yos.

Pembaca, ini belum tamat. Aku masih akan bercerita kisah ngentotku dengan bebeapa laki-laki lagi. Kini, aku benar-benar ketagihan kontol besar. Sekian dulu ya.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar