Sabtu, 30 Juli 2016

Ngentot dengan Sukma Tiara sepulang kerja





Sejak kejadian aku memperkosa Tiara di toilet tempo hari, sampe sekarang udah gak ada alasan lagi buat Tiara nolak ajakanku. Setiap aku ajak dia ngentot, dia pasti mau. Aku selalu terangsang setiap ngelihat Tiara nungging. Saat dia lagi kerja sekalipun, aku selalu merhatiin betisnya yang gak sengaja kelihatan. Putih banget. Kalo dia suruh aku jilatin betisnya, aku pasti mau.

Suatu hari, sepulang kerja, kira-kira jam setengah tiga gitu lah, aku udah gak kuat nahan konak. Aku kasih kode ke Tiara agak dia pulang belakangan aja. Tiara ngerti dengan kodeku. Keren memang perempuan ini.

Di ruangan kantorku udah gak ada siapa-siapa lagi selain aku dan Tiara. Lampu masih nyala. Itu cuma pertanda kalo di ruangan kami masih ada orangnya, biar OB gak sembarangan masuk.

Tiara aku lambai, aku suruh mendekat. Begitu dia mendekat, aku segera membuka resleting celanaku dan mengeluarkan kontolku yang udah membengkak. “Wah, gila, udah gede begini. Bapak udah konak sejak tadi ya?” canda Tiara. Aku cuma ngangguk sambil berharap agar Tiara cepet-cepet ngulum kontolku. Tiara rupanya paham. Dia gak langsung ngulum kontolku. Digenggamnya dulu kontolku itu, dipijit-pijitnya, lalu dia jilatin ujungnya. Aku merinding. Lidah Tiara sangat panas. Rasanya sungguh nikmat. “Ayo, cepet dikulum dong Tiara.” Tiara malah tersenyum. Bibirnya yang agak tebal di bagian bawah itu yang membuat nikmat saat ciuman atau saat ngisep kontolku.

Gak lama, Tiara masukin batang kontolku ke mulutnya. Blessssssss… uhhhhhhhh… hangat dan nikmat. Terlebih saat kontolku mulai keluar masuk di dalam mulut Tiara. Betul-betul nikmat yang tiada terkira. Terlebih saat lidahnya seperti menari menjilati kepala kontolku. Itu adalah nikmat yang tiada tara. Aku hanya tengadah dan memejamkan mata. Aku biarin Tiara kerja sendirian. Dan, sekitar lima belas menit, kontolku rasanya berkedut, seperti ada yang mau meledak. Aku minta Tiara untuk lebih cepat nyepongin kontolku. Tiara ngelakuinnya. Lalu, pejuhku muncrat semua di dalam mulut Tiara. Tiara sendiri dengan sigap menelan habis pejuhku. Kepala kontolku dia jilati sampe bersih.

“Sudah Pak? Atau masih kurang?” aku tersenyum. Kusuruh dia duduk di tempatku duduk tadi. Kini aku yang kerja. Rok Tiara aku angkat sampe pinggang. Pahanya, ohhhh, putih dan muluuuuuus. Tanpa cela. Celana dalam Tiara aku turunin juga. Bulu pepeknya tebel, hitam, dan menggairahkan. Gak pake lama, lidahku langsung menyerang pepek yang udah terpampang itu. Tiara duduk sambil mengangkat kedua pahanya yang dia renggangkan. Dalam posisi seperti itu, lobang pepek Tiara terbuka lebar, sangat siap untuk dikentot tentunya. Tapi aku gak buru-buru. Aku menikmati saat aku menjilati lobang pepeknya, menjilati bibir pepeknya yang lembut dan nikmat. Itilnya yang mulai mengeras juga sangat nikmat untuk dikenyot. Tiara mendesah-desah, menambah suasana jadi tambah menggairahkan.

Kontolku yang udah ngaceng lagi aku tempelkan ke lobang pepek Tiara. Tiara menuntun kontolku untuk masuk ke dalam lobang pepeknya. Gila, bener-bener jadi pelacurku sekarang perempuan ini. Aku tersenyum licik.

Kontolku udah aku hentak-hentak dan keluar masuk lobang pepek Tiara. Tiara bersandar ke sofa dan memegangi pahanya. Mulutnya tak henti meracau setiap kontolku menusuk pepeknya terlalu dalam.

“Tiara, gantian dong. Aku yang duduk di sofa, kamu yang genjot aku.” Tiara membuka matanya yang terpejam keenakan tadi. “Boleh Pak.” Lalu aku duduk di sofa. Tiara nungging di depanku. Anjing! Belahan pantatnya itu loh yang sungguh seksi. Putih mulus, bulat, dan kenyal. Apalagi saat batang kontolku udah terjepit di sela-sela belahan pantat kenyal dan putih itu, uggghhhhh… tambah seksi aja perempuan beranak satu ini.

Tiara mulai naik turunin pantatnya. Kontolku juga udah keluar masuk pepek Tiara. Rasanya sungguh nikmat. Aku meremas pinggul Tiara. Sesekali juga aku tepuk pantat binalnya yang seksi itu.

Rasanya genjotan Tiara makin lama makin cepet. Tiara udah gelisah sambil meremas susunya sendiri. Aku tau, pasti gak lama lagi nih perempuan bakal orgasme. Dan benar saja. Tiara melenguh panjang. Pantatnya dia tekan kuat-kuat, berharap kontolku bisa masuk sedalam-dalamnya. Tiara orgasme.

Aku yang belum orgasme lagi, berusaha bangkit dengan tanpa melepas kontolku dari lobang pepeknya Tiara. Tiara aku tunggingkan. Tangan Tiara bertumpu di pegangan sofa. Posisi nunggingnya juga udah sempurna. Apalagiiiiiii. Hajaaaar. Aku kentot Tiara dengan beringas. Suara pantat Tiara yang beradu dengan pangkal pahaku sungguh riuh. Apalagi suara tusukan kontolku di dalam lobang pepek Tiara yang udah banjir, bikin suara ribut sendiri.

Lima menit kemudian, aku gak kuat nahan gejolak. Aku muncrat lagi, kali ini muncrat di dalam lobang pepek Tiara. Lumayan banyak juga pejuhku yang keluar. Malah sampe ada yang ngalir di sela-sela lobang pepek Tiara.

Kontolku aku cabut, aku sodorin ke mulut Tiara. Dengan sabar dia menjilati kontolku dari sisa-sisa sperma sampe bersih. Kelar menjilati kontolku, Tiara berdiri dan memasang celana dalamnya lagi. Anjing memang. Gerakan Tiara saat memakai celana dalam aja bisa bikin aku nelen ludah. Perempuan ini sungguh menggairahkan dalam segala hal. Jilbabnya sepertinya udah gak ngaruh lagi sekarang. Tiara udah jadi anjing betinaku saat ini. Kapanpun aku mau ngentot dengan dia, dia selalu ada dan bersedia.

Aku bangkit. Aku buka blouse Tiara, aku keluarin susunya yang lumayan membusung dan sungguh kenyal. Aku kenyot susunya dengan brutal. “Tiara, makasih ya udah mau ngentot dengan saya.” Tiara mendesah sambil menggeliat. “Sama-sama Pak…” 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar