Sejak
kejadian aku memperkosa Tiara di toilet tempo hari, sampe sekarang udah gak ada
alasan lagi buat Tiara nolak ajakanku. Setiap aku ajak dia ngentot, dia pasti
mau. Aku selalu terangsang setiap ngelihat Tiara nungging. Saat dia lagi kerja
sekalipun, aku selalu merhatiin betisnya yang gak sengaja kelihatan. Putih
banget. Kalo dia suruh aku jilatin betisnya, aku pasti mau.
Suatu hari,
sepulang kerja, kira-kira jam setengah tiga gitu lah, aku udah gak kuat nahan
konak. Aku kasih kode ke Tiara agak dia pulang belakangan aja. Tiara ngerti
dengan kodeku. Keren memang perempuan ini.
Di ruangan kantorku
udah gak ada siapa-siapa lagi selain aku dan Tiara. Lampu masih nyala. Itu cuma
pertanda kalo di ruangan kami masih ada orangnya, biar OB gak sembarangan
masuk.
Tiara aku
lambai, aku suruh mendekat. Begitu dia mendekat, aku segera membuka resleting
celanaku dan mengeluarkan kontolku yang udah membengkak. “Wah, gila, udah gede
begini. Bapak udah konak sejak tadi ya?” canda Tiara. Aku cuma ngangguk sambil
berharap agar Tiara cepet-cepet ngulum kontolku. Tiara rupanya paham. Dia gak
langsung ngulum kontolku. Digenggamnya dulu kontolku itu, dipijit-pijitnya,
lalu dia jilatin ujungnya. Aku merinding. Lidah Tiara sangat panas. Rasanya
sungguh nikmat. “Ayo, cepet dikulum dong Tiara.” Tiara malah tersenyum.
Bibirnya yang agak tebal di bagian bawah itu yang membuat nikmat saat ciuman
atau saat ngisep kontolku.
Gak lama,
Tiara masukin batang kontolku ke mulutnya. Blessssssss… uhhhhhhhh… hangat dan
nikmat. Terlebih saat kontolku mulai keluar masuk di dalam mulut Tiara.
Betul-betul nikmat yang tiada terkira. Terlebih saat lidahnya seperti menari
menjilati kepala kontolku. Itu adalah nikmat yang tiada tara. Aku hanya
tengadah dan memejamkan mata. Aku biarin Tiara kerja sendirian. Dan, sekitar
lima belas menit, kontolku rasanya berkedut, seperti ada yang mau meledak. Aku
minta Tiara untuk lebih cepat nyepongin kontolku. Tiara ngelakuinnya. Lalu,
pejuhku muncrat semua di dalam mulut Tiara. Tiara sendiri dengan sigap menelan
habis pejuhku. Kepala kontolku dia jilati sampe bersih.
“Sudah Pak?
Atau masih kurang?” aku tersenyum. Kusuruh dia duduk di tempatku duduk tadi.
Kini aku yang kerja. Rok Tiara aku angkat sampe pinggang. Pahanya, ohhhh, putih
dan muluuuuuus. Tanpa cela. Celana dalam Tiara aku turunin juga. Bulu pepeknya
tebel, hitam, dan menggairahkan. Gak pake lama, lidahku langsung menyerang
pepek yang udah terpampang itu. Tiara duduk sambil mengangkat kedua pahanya
yang dia renggangkan. Dalam posisi seperti itu, lobang pepek Tiara terbuka
lebar, sangat siap untuk dikentot tentunya. Tapi aku gak buru-buru. Aku
menikmati saat aku menjilati lobang pepeknya, menjilati bibir pepeknya yang
lembut dan nikmat. Itilnya yang mulai mengeras juga sangat nikmat untuk
dikenyot. Tiara mendesah-desah, menambah suasana jadi tambah menggairahkan.
Kontolku
yang udah ngaceng lagi aku tempelkan ke lobang pepek Tiara. Tiara menuntun
kontolku untuk masuk ke dalam lobang pepeknya. Gila, bener-bener jadi pelacurku
sekarang perempuan ini. Aku tersenyum licik.
Kontolku
udah aku hentak-hentak dan keluar masuk lobang pepek Tiara. Tiara bersandar ke
sofa dan memegangi pahanya. Mulutnya tak henti meracau setiap kontolku menusuk
pepeknya terlalu dalam.
“Tiara,
gantian dong. Aku yang duduk di sofa, kamu yang genjot aku.” Tiara membuka
matanya yang terpejam keenakan tadi. “Boleh Pak.” Lalu aku duduk di sofa. Tiara
nungging di depanku. Anjing! Belahan pantatnya itu loh yang sungguh seksi.
Putih mulus, bulat, dan kenyal. Apalagi saat batang kontolku udah terjepit di
sela-sela belahan pantat kenyal dan putih itu, uggghhhhh… tambah seksi aja
perempuan beranak satu ini.
Tiara mulai
naik turunin pantatnya. Kontolku juga udah keluar masuk pepek Tiara. Rasanya
sungguh nikmat. Aku meremas pinggul Tiara. Sesekali juga aku tepuk pantat
binalnya yang seksi itu.
Rasanya
genjotan Tiara makin lama makin cepet. Tiara udah gelisah sambil meremas
susunya sendiri. Aku tau, pasti gak lama lagi nih perempuan bakal orgasme. Dan
benar saja. Tiara melenguh panjang. Pantatnya dia tekan kuat-kuat, berharap
kontolku bisa masuk sedalam-dalamnya. Tiara orgasme.
Aku yang
belum orgasme lagi, berusaha bangkit dengan tanpa melepas kontolku dari lobang
pepeknya Tiara. Tiara aku tunggingkan. Tangan Tiara bertumpu di pegangan sofa.
Posisi nunggingnya juga udah sempurna. Apalagiiiiiii. Hajaaaar. Aku kentot
Tiara dengan beringas. Suara pantat Tiara yang beradu dengan pangkal pahaku
sungguh riuh. Apalagi suara tusukan kontolku di dalam lobang pepek Tiara yang
udah banjir, bikin suara ribut sendiri.
Lima menit
kemudian, aku gak kuat nahan gejolak. Aku muncrat lagi, kali ini muncrat di
dalam lobang pepek Tiara. Lumayan banyak juga pejuhku yang keluar. Malah sampe
ada yang ngalir di sela-sela lobang pepek Tiara.
Kontolku aku
cabut, aku sodorin ke mulut Tiara. Dengan sabar dia menjilati kontolku dari
sisa-sisa sperma sampe bersih. Kelar menjilati kontolku, Tiara berdiri dan
memasang celana dalamnya lagi. Anjing memang. Gerakan Tiara saat memakai celana
dalam aja bisa bikin aku nelen ludah. Perempuan ini sungguh menggairahkan dalam
segala hal. Jilbabnya sepertinya udah gak ngaruh lagi sekarang. Tiara udah jadi
anjing betinaku saat ini. Kapanpun aku mau ngentot dengan dia, dia selalu ada
dan bersedia.
Aku bangkit.
Aku buka blouse Tiara, aku keluarin susunya yang lumayan membusung dan sungguh
kenyal. Aku kenyot susunya dengan brutal. “Tiara, makasih ya udah mau ngentot
dengan saya.” Tiara mendesah sambil menggeliat. “Sama-sama Pak…”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar