Jumat, 04 November 2016

Linda Dikontolin Parman



Aku meraba klitorisku dengan jari jariku, terasa nikmat sekali, beberapa saat kututup mataku. Cepat sekali vaginaku sudah licin, basah sekali, sentuhan jari jariku semakin menebarkan rasa nikmat. Sesekali aku tekan lebih keras, lututku rasanya tidak sanggup menopang tubuhku.

Oh ya, keasikan neh, perkenalkan namaku Linda, 27 tahun, sudah menikah dengan anggota TNI AU, aku bekerja sebagai seorang guru SMA di Jakarta Timur. Hobiku adalah masturbasi sambil menghayalkan pria pujaanku, fantasi-fantasi liar sering kali tidak dapat kubendung, apalagi semenjak aku LDR hampir setahun ini. Dan beginilah, belakangan ini jika sedang horny aku tidak kenal tempat untuk memuaskan gejolak birahiku.

Balik ke cerita tadi. Sangkin nikmatnya masturbasi di toilet sekolah, aku sampai tidak menyadari kalau pintu toilet meski kututup tapi tidak kukunci. Aku semakin tidak peduli, yang kutahu aku harus memuaskan birahiku yang sedang terbakar, kucoba menahan desahanku, meski terkadang terlepas juga desisan desisan kecil dari bibir tipisku.

“sshh..emhhh…” desisan kecil sesekali keluar dari bibir tipisku. Aku membayangkan bercinta dengan Pak Heri, guru olah raga baru di sekolah tempatku bekerja, Pak Heri sungguh tampan dan tubuhnya yang sangat kekar, tadi siang aku memperhatikannya yang sedang memberi petunjuk cara meregangkan otot kepada murid kelas 12. Ototnya begitu kekar, belum lagi ada tonjolan yang menggelembung di antara pahanya. Terus terbayang-bayang, aku jadi gak kuat lagi menahan birahiku sampai akhirnya berujung di toilet sekolah ini ketika jam pelajaran berakhir dan sekolah sudah sepi.

Aku membayangkan bercinta dengan Pak Heri di toilet ini, dia memompa kontolnya yang besar di vaginaku dari arah belakang, tubuhnya mendorong tubuhku sehingga aku terpaksa menahan tubuhku di tembok toilet dan sedikit menungging. Aku mempraktekkannya seolah-olah semuanya nyata, satu tanganku bertopang di dinding dan yang lain membelai klitorisku dari depan. ‘Uuuh Pak Herrrriiii’, desisku pelan. Aku terus mengejar kenikmatan, keringatku mulai keluar dari atas keningku.

Tidak lama aku merasa hampir tiba di ujung kenikmatan itu, namun tiba-tiba, ‘braaak’, pintu toilet tiba-tiba terbuka.

‘Bu Linda?’ kata orang yang berdiri di depan pintu toilet dengan mata yang tidak berkedip sedikitpun melihatku. 

Aku tersentak kaget, ‘Pak Parman ehhhh…’, kataku kaget ketika melihat Pak Parman, cleaning service sekolah yang umurnya sekitar 40 tahun. 

Sangkin kagetnya dan tidak tau berbuat apa aku jongkok merapatkan kakiku, namun tanganku masih berada diantara selangkanganku, aku begitu kaget sampai lupa menarik tanganku.

‘Pak Parmaan keluar’, kataku dengan suara pelan. Wajahku pucat sangkin takut dan malunya. Kurang ajar benar dia, bukannya keluar tapi malah cepat-cepat masuk dan menutup pintu kamar toilet dan menguncinya.

‘Ngapain Pak… keluar,’ perintahku dengan tetap berjongkok sambil merapikan rok ku ke bawah yang tadinya tersingkap sampai ke pinggul.

‘Bu Linda’, kata parman sambil mendekatiku dan mendekap tubuhku. Aku bertambah kaget, tapi aku tidak berani berteriak, aku takut ada orang yang mengetahui kalau aku masturbasi di toilet sekolah.

‘Jangaan Pak’, kataku berusaha melepaskan dekapannya, kugeser tubuhku untuk melepaskan diri dari dekapannya, namun dia tetap mendekapku sampai aku menabrak dinding.

‘Jangan Paak’, kataku takut, dia tidak mendengarkanku, bahkan dia mendekatkan wajahnya dan menciumi leherku.

‘Jangaaan’, kataku lagi. Melihat Parman yang begitu beringas dengan nafas mendengus-dengus menciumi leherku dan tangannya mulai meraba raba buah dadaku. Aku menyadari kalau aku terjebak, aku berusaha melawan, dengan sekuat tenaga aku dorong tubuhnya, berhasil, dia terjatuh di lantai toilet. Aku langsung mengambil kesempatan, berdiri ke arah pintu, namun ketika aku mencoba membuka grendel pintu toilet, tanganku tertahan oleh tangan Parman yang kekar.

‘Lepaskan’, kataku, namun Parman yang sudah kesetanan itu tidak mendengarkanku, dia malah memutar tangan kananku ke belakang tubuhku dengan paksa, tangannya yang lain menahan tangan kiriku di dinding. Aku terjebak, tenaganya kuat sekali, tubuhku seperti terkunci dan tidak bisa bergerak.

‘Pak Parmman jangan…sakit..lepaskan’, kataku memohon dengan suara memelas.

‘Bu Linda… biarkan aku…’, katanya di dekat telingaku, dengusan nafasnya sampai terasa menerpa telingaku.

“ahhh lepaskan’, aku memohon lagi begitu mengetahui tubuh kekarnya menekan tubuhku ke dinding. Aku sangat takut, ketika merasa ada benda yang keras kenyal menabrak bokongku.

‘ahh kontolnya udah tegang, dia akan memperkosaku’, jerit batinku. Aku semakin memberontak berusaha melepaskan kuncian tangannya yang menahan kedua tanganku.

‘Sebaiknya Bu Linda jangan berisik, nanti ada orang yang dengar, biarlah saya dipukuli orang tetapi saya akan cerita ke semua orang kalau Bu Linda masturbasi di kamar mandi’, katanya mengancam.

Aku mengurangi perlawananku, ancamannya begitu mengena. Apalagi di sekolah aku dikenal sebagai wanita anggun yang berkarisma. Aku menghentikan perlawananku dan berpikir sejenak. Kesempatan itu tidak disia-siakannya, tangan kananku diletakkan ke atas merapat di dinding bersatu dengan tangan kiriku, dengan tangan kirinya dia menahan kedua tanganku.

‘Jangan Paaaak, kumohhhon jangaan’, aku memelas kepadanya. Tapi sia-sia, tangan kanannya sudah bebas meraba raba buah dadaku, dia memeras buah dadaku keras sekali. Ingin rasanya menangis tetapi aku takut malah ada yang dengar.

“Aaaaacccchh Bu Linda… susu Bu Linda gede banget emmhh’, kata-kata kotor yang memuji keindahan tubuhku keluar dari mulutnya. Kurang puas meraba buah dadaku yang masih ditutupi kemeja, dia menarik kemejaku ke atas melepaskan dari dalam rokku. Tangannya yang kasar mulai terasa meraba-raba perutku.

‘Ammpuun Paaaaak… lepaskan’, kucoba lagi memohon ketika dia mulai memeras buah dadaku.

‘Emmhhhhh… Bu Linda, gede banget susu Bu Linda”, katanya lagi dengan berbisik dari belakang, dengusan nafasnya yang berderu menandakan dia sangat bernafsu. Dan aku bisa merasakan penisnya sudah sangat keras sekali menabrak-nabrak pantatku. Ini semua menandakan dia benar benar sudah sangat ingin menyetubuhiku.

‘Bu Linda ijinkan saya ngentotin Bu Linda’, bisiknya pelan sambil menarik rokku ke atas. Aku kaget mendengarnya, tetapi tenagaku tidak cukup kuat melepaskan kuncian tangannya.

‘Pak… jangan… jangan Paaaakkk… kasihani aku’, kataku memelas. Sepertinya apapun yang kukatakan tidak dapat membendung nafsu setannya, sejenak tidak kurasakan tangan kanannya meraba raba tubuhku. Penasaran apa yang dilakukannya, aku menoleh ke belakang dan alangkah kagetnya.

‘Oooh jangan Paaaaak’, aku panik ketika melihat ke belakang dia mengeluarkan kontolnya, meski tidak begitu jelas aku bisa melihat penisnya yang besar dan hitam legam sudah keluar dari sarangnya. Belum hilang rasa kagetku, Parman menekan tubuhku merapat ke dinding, aku merasakan benda kenyal dan keras menggesek dan menabrak pantatku.

‘Aduuh pantat Bu Linda montok banget. Putih, mulusssss, kenyal… owwwhhhh… nikmat banget rasanya Bu…’, katanya meremas remas pantatku. Aku terkaget, aku baru teringat jika ketika masturbasi tadi aku melepas celana dalamku dan celana dalamku masih tergantung di pintu toilet.

‘Gawat neh’, pekikku dalam hati mengetahui bokongku tidak dibaluti kain sedikitpun. Pasti dia dengan mudah mencari sasaran tembaknya apa lagi vaginaku udah mengeluarkan cairan karena masturbasi tadi, aku menjadi panik kembali, aku takut membayangkannya. Kucoba lagi memberontak, tapi tetap sia sia. Aku pasrah, rasanya tidak mungkin lepas, kurasakan ada benda kenyal sedang menggesek-gesek belahan pepekku yang licin seperti mencari cari sasaran. 

Akhirnya benda itu berhenti tepat di mulut lubang pepekku setelah mendapatkan sasaran tembak, kontol Parman sudah berada tepat di depan mulut vaginaku, aku sungguh tidak berdaya.

‘Pak Parman… ampun pak’, kataku memohon lagi demi menyadari dalam hitungan detik kontolnya akan segera masuk ke dalam tubuhku.

‘Bu Linda udah lama saya pengen giniin Bu Linda, Bu Linda seksi banget pantatnya. Pepeknya pasti sempit nih. Bu Linda kan jarang dikentot sama suami Ibu yang lagi tugas ke luar kota…’, katanya, dan itu benar sekali.

Dan tiba-tiba kurasakan kontolnya mulai masuk, aku panik mencoba melawan dengan sisa-sisa harapanku, bukannya terlepas tapi malah karena gerakan tubuhku kontol itu malah terbenam masuk ke dalam lubang vaginaku.

‘Aaaaccccch tidaaak’, pekikku dalam hati ketika kurasakan kontolnya terasa terbenam memenuhi vaginaku. Aku menarik nafas, ingin rasanya menangis. Sungguh sial, vaginaku yang sudah basah ketika aku masturbasi tadi malah memudahkan batang kontol itu masuk, tetapi kupikir itu lebih baik, jika tidak, mungkin vaginaku bisa lecet karena ada benda yang memaksa masuk, tapi berkat cairan yang sebelumnya memang sudah membanjiri vaginaku membuat kontol Parman yang besar itu pun masuk perlahan menggesek dinding lubang vaginaku perlahan.

‘Emmmh Bu Linda, Pepek Bu Linda enak banget, ooohhh’, desahnya didekat telingaku ketika kontolnya dibenamkan sedalam dalam mungkin dan terasa menyentuh rahimku. Tangan Parman meremas bokongku. Kontolnya mulai masuk maju mundur dengan teratur.

‘Ya ampuuun panjang banget kontol laki laki ini, ampuuun’, pekikku dalam hati. Aku berharap kontol itu udah mentok karena terasa sangat keras menabrak rahimku dan terasa sedikit perih karena jujur aja belum pernah ada benda sebesar itu masuk ke vaginaku. 

Ketika batang kontol itu amblas, masuk,maju mundur, aku terdiam, antara bingung, takut, takjub, nikmat dan kaget. Semuanya berkecamuk di kepalaku. Aku benar-benar terdiam, tidak bergerak. Aku pasrah, tidak mengeluarkan sepatah katapun, tidak kusangka khayalanku bercinta di toilet sekolah, dan disetubuhi dari belakang kesampean juga, tetapi bedanya bukan dengan Pak Heri dan aku tidak menginginkan ini terjadi. Tapi kenyataannya, laki-laki yang sedang mendesah-desah di belakangku, yang sedang membenamkan batang kontolnya di lubang surgaku yang berharga adalah pegawai kebersihan alias cleaning service di sekolah kami. Kenyataan yang harus kuterima, Parman sedang menikmati vaginaku, menikmati memompa penisnya keluar masuk di lubang kemaluanku.

Aku dia tunggingkan. Posisiku sudah bagus sekali. Aku yakin sekarang buah pantatku yang mulus kian menambah semangat Parman ngentotin aku. Terbukti beberapa kali Parman menampar pelan bokongku. Aku diam saja.

‘Oooh Bu Linda… ohhh enaknya…’, desah Parman gak karuan berkali-kali.

‘Emmmh’, aku mendesis kecil, meski aku tidak suka tapi tiba-tiba aku merasakan rasa nikmat meski tersamar oleh rasa takutku. Parman terus mengocok kontolnya tanpa henti, begitu dalam melesak masuk di lubang vaginaku. Kedua tanganku masih ditahan oleh tangannya yang kekar di dinding toilet.

‘Oooh yaaa ampppuuun kontolnya teraasa banget’, teriakku dalam hati. Ketika aku mulai tenang, aku menyadari kalau kontol Parman memang besar dan keras sekali, gesekan dan tusukan kontolnya begitu mantap memenuhi lubang vaginaku. Terasa banget ada benda yang mengganjal di selangkanganku, mulai menebarkan rasa nikmat yang menjalar di seluruh tubuhku. Diam diam aku mulai menikmati diperkosa pria ini, tiap kali dia menggerakkan batang kontolnya, darahku berdesir, sungguh luar biasa nikmat yang kudapat. Ketika dia menancapkan penisnya kembali ke dalam liangku, aku mendesis pelan, kucoba tidak mengeluarkan suara, aku terlalu sombong untuk mengakui kalau batang kontol itu sungguh memberikan kenikmatan padaku, tetapi tetap saja desisan kecil keluar dari bibirku.

‘mmmh mmmmh’, desisku pelan. Aku mulai menikmati perkosaan ini. Jujur, suamiku yang angkatan udara itu saja kontolnya tak sebesar ini. Ngentot dengan suamiku sebenarnya rasanya hambar. Tidak senikmat ini. Kontol Parman sungguh nikmat sekali.

‘Enak kan Bu?, katanya tiba tiba.Ternyata dia mengetahui kalau aku mulai menikmati tusukan kontolnya. Aku terdiam malu, tidak berani berkomentar, kalau kubilang tidak atau memaki-makinya, dia pasti tahu aku bohong karena vaginaku sudah mengeluarkan banyak cairan yang menandakan aku juga terangsang dan menikmati enjotan kontolnya. Aku menundukkan kepalaku dan mencoba menghindari ciuman bibirnya yang mengecup pipi kananku.

‘Tunggingkan sedikit pantatnya Bu Linda…’, katanya sambil menarik pantatku ke atas.

‘Kurang ajaaar… berani beraninya dia malah menyuruhku tambah nungging’, umpatku dalam hati. Tapi aku tidak punya pilihan selain menuntaskan birahinya secepat mungkin, dan berharap agar semuanya secepat mungkin berakhir. Aku ikuti saja kemauannya dengan menunggingkan sedikit pantatku.

‘Emmh pantat Bu Linda memang montok banget, putih, mulusssshhh, kenyalll… aaaaccccchhhhh…. gak salah apa yang aku khayalin selama ini’, katanya sambil meremas remas bokongku gemas.

‘Gila, ternyata aku sudah lama jadi fantasi laki laki ini’, pikirku dalam hati. Merasa posisiku sudah siap, sambil tangan kirinya menahan pinggulku, dia kembali menggerakkan pinggulnya lagi. Kontolnya kembali keluar masuk lubang pepekku... aaacccchhhh… rasanya sungguh nikmattt… kontol suamiku tak ada apa-apanya jika dibanding kontol Parman.

‘Emmh Paaaaak… pelan-pelan’, kataku ketika kurasakan penetrasi kontolnya terasa lebih dalam dari sebelumnya, mungkin karena aku menunggingkan pantatku sehingga posisi vaginaku benar-benar bebas hambatan. Parman tidak memperlambat kocokannya, dia malah mempercepat, aku mulai mendesah-desah pelan masih menjaga sikapku.

‘Emmh emmmh’, desisku pelan merasakan gesekan batang kontolnya di lubang vaginaku. Melihat tubuhku yang terdorong dorong ke depan, parman sepertinya sengaja melepaskan kedua tanganku sehingga aku dapat menahan tekanan tubuhnya, dengan kedua tanganku bertopang pada tembok.

‘Emmmh gila seret banget… nikmat….’, erangnya. Kini kedua-tangannya meremas remas bokongku yang bulat padat sambil tidak berhenti mengocok kontolnya. ‘Oowwwwwhhhhh Bu…. Ooowwwwwwhhhhhhh’, Parman semakin keras mendesah, aku jadi takut kalau-kalau ada orang yang mendengar desahannya itu.

“Pak Parman..jaa..jangan berisik Pak...”, kataku memohon, takut desahannya didengar orang.

‘I..i..iya Bu… emhh abis enak banget’, katanya pelan dengan nafas menderu. Kocokan kontolnya terasa semakin cepat. Kurang puas meremas-remas bokongku, dia menguakkan belahan pantatku. dan kurasakan satu jarinya membelai anusku. Kontan aja aku menggeliat, pantatku bergoyang ke kanan ke kiri karena kegelian.

‘Oooh Pak Parman… oooccccchhhhhh…’, aku bukan lagi mendesis tetapi desahan mulai keluar dari bibirku, rasa nikmat yang tercipta dari kocokan kontol Parman ditambah gesekan jarinya yang membelai anusku seperti racikan yang pas membuat aku lupa diri, dan membuatku tidak dapat membendung desahanku. Hebat sekali, rasanya aku mulai benar benar menikmati semua ini, tubuhku terasa sangat geli, kenikmatan rasanya menyebar di seluruh tubuhku.

‘Oooh… acccccchhh…’, aku semakin menggila, desahanku bertambah keras saja, Parman bukan saja hanya membelai anusku dengan jarinya tetapi memasukkan satu jarinya ke anusku dan menusuk nusuk jarinya ke anusku, refleks pantatku semakin kutunggingkan, tiap kali dia menarik kontolnya, dia membalasnya dengan menusukkan jarinya ke anusku.

Jujur saja, terlintas di benakku untuk melakukan anal sex dengan Pak Parman, seperti yang dulu pernah kulakuan dengan mantan pacarku, Mas Andika. Parman semakin mengerang tak karuan, tidak kuhiraukan lagi apa yang dikatakan Parman, rasanya aku sudah mau orgasme.

‘Saya mau keluar… ahh Bu Linda… ooooocccchhhhh…’, kudengar samar samar erangannya, namun tidak kupedulikan karena aku juga merasa sudah mau orgasme.

‘oooooh… emmmhhhhhh… oooh… ’ desahku lebih keras, kurapatkan tubuhku ke dinding, Parman mengikuti tubuhku dan menekan keras-keras kontolnya ke dalam vaginaku, bahkan dia menusuk jarinya sampai amblas di dalam anusku.

‘Aaaaahhhh setaaan kau Parmaaaaan’, lirihku panjang, aku orgasme, aku tidak dapat menahannya, sungguh luar biasa aku bisa orgasme ketika diperkosa. Kutelan air liurku menikmati sisa kenikmatan, masih kurasakan penis Parman memenuhi liangku, tetapi tidak kurasakan lagi jari parman di anusku, kedua tangannya memegang pantatku dan memompa kontolnya dengan ganas.

‘Oooh Bu Linda oooh…’, tiba tiba Parman mengerang keras dan menekan tubuhku keras, aku kaget menyadari dia mau orgasme, tapi terlambat, diringi erangannya, kontol Parman sudah menyemburkan sperma hangat menyirami rahimku. Berkali-kali dia mengehentakkan penisnya dalam-dalam membuat tubuhku terdorong ke tembok.

‘Ooooh… emmmh’, entah kenapa aku ikut menikmati sensasi ketika Parman orgasme di liangku, denyutan-denyutan kecil batang kontolnya terasa di dinding lubang vaginaku ketika cairan hangat spermanya berhamburan keluar menyirami lubangku.

‘Ahhh… apa yang kulakukan? Parman orgasme di vaginaku’, pekikku dalam hati. Aku tersadar kembali, kurapatkan tubuhku ke dinding dan menarik nafasku, aku teringat kalau aku memang sudah mau haid, aku hanya bisa berharap spermanya tidak membuahi telur dirahimku.

‘Aahhhh Bu Linda emmh…’, dia mencoba mencium pipiku tapi kudorong dengan mata melotot. Melihatku protes, dia segera merapikan pakaiannya tanpa membersihkan kontolnya yang masih dilumuri cairan vaginaku.

‘Cepat keluar Pak’, kataku dengan suara lantang sambil merapikan posisi rokku. Parman tanpa berkata apa-apa langsung keluar dan kukunci pintu toilet. Aku langsung membersihkan kemaluanku dari cairanku sendiri dan sperma Parman yang mengalir keluar.

‘Gila… banyak banget spermanya’, umpatku dalam hati. Aku mengenakan celana dalam dan merapikan baju yang kukenakan.

Aku mengendap-endap keluar toilet dengan hati berdebar, takut ada orang yang mengetahui apa yang terjadi tadi di toilet. Suasana sekitar sekolah sepi, memang saat itu sudah hampir jam 4 sore. Dengan hati berdebar aku memasuki ruangan guru, kulihat kepala sekolah dan 2 orang guru belum pulang mereka lagi sibuk dengan urusan masing masing. Aku sedikit bernafas lega meski perasaan kotor masih ada di pikiranku. Dan sore itu aku pulang ke rumah dengan perasaan yang tidak menentu antara malu, takjub, takut, nikmat, dan rasa ingin dikentotin sama Parman lagi.