Karena kami tiba sudah larut malam, maka setelah menurunkan barang-barang, kami pun langsung masuk ke kamar masing-masing, aku satu kamar bersama Mona, sedangkan Ningsih satu kamar bersama cowoknya. Ah, pasti mau ngentot lagi mereka. Sialan, pikirku. jujur, aku langsung mupeng.

Kamar yang aku tempati terdiri atas dua ranjang yang terpisah, sebuah lemari pakaian dan meja rias dengan kacanya yang besar dan jendela yang menghadap ke laut.
Karena capek, lelah dan ngantuk, kami pun langsung tidur tanpa ganti baju lagi. Keesokan harinya aku bangun jam 10 pagi dan aku melihat Mona sudah tidak ada ditempat tidurnya, aku pun langsung bangun dan menyisir rambutku yang panjang (sebahu lebih) dan keluar kamar, ternyata tidak ada siapa-siapa..
“Wah pada kemana mereka?” pikirku, tetapi tiba-tiba HP ku berbunyi, ternyata Mona menelpon.
“Sudah bangun, Ndah?” serunya.
“Kalian lagi dimana sih?” seruku.
“Oh iya.. Sorry, kita lagi pergi cari film nih.. Tadi enggak tega bangunin kamu..” seru Mona.
“Yaa.. sudah.. Titip makanan yaa...” sahutku
“Oke, Ndah,” lalu hubungan terputus.

Kini aku sendirian di bungalow itu, lalu aku pun segera mandi dan menikmati segarnya guyuran air dari shower, setelah mandi akupun memakai CD dan BH warna pink (aku suka yang satu warna) dan memakai kimono, setelah itu aku duduk-duduk di sofa tamu sembari mengeringkan rambutku dengan handuk. Ttiba-tiba aku melihat secarik kertas di atas meja, di situ tertulis ‘menyediakan jasa pijat, urut, dan lulur’ dan di bawahnya ada nomor teleponnya.
“Ah betapa enaknya dipijat.. Kebetulan badan lagi pegel,” pikirku sembari membayangkan dipijat oleh si mbok di rumah.

Aku menelpon nomor itu dan diterima oleh seorang wanita di sana. Setelah mengutarakan maksudku, akhirnya wanita itu bilang, tidak lama lagi akan datang pemijat ke kamar aku.

Tak lama kemudian pintu diketuk dari luar, segera aku bangkit dan membuka pintu.. Dan.. Terkejutlah aku, karena tampak seorang pria dengan baju putih berdiri di ambang pintu, lalu:

“Selamat siang Neng.. Anu.. Tadi manggil tukang pijat ya?” seru pria itu.
Tampak pria itu berumur kira-kira tiga puluh limaan, lumayan tinggi dan harus aku akui dia lumayan tampan.
“Eh.. nggak.. Anu.. Iya, Mas,” sahut aku, “Anu... Mas tukang pijatnya.?” tanyaku.
Pria itu tersenyum lalu, “Iya Neng.”

Wah... Kini aku rada sedikit panik, tidak menduga kalau tukang pijatnya seorang pria, tapi tanpa aku sadari aku malah mempersilahkan Lelaki itu masuk.
“Mau dipijat dimana Neng?” tanyanya.
“Ngk.. Di.. Kamar aja lah, Mas.” sahutku, lalu aku membiarkan tukang pijat itu mengikutiku menuju kamar, tiba didalam kamar, lelaki itu segera dengan cekatan membereskan ranjang tidurku, lalu menyuruhku untuk tengkurep di atas ranjang.

Aku mengikutinya dan berbaring tengkurep di atas ranjang. Lalu terasa tangan lelaki itu mulai memijat-mijat telapak kaki dan kedua betisku, aku benar-benar merasakan nikmatnya pijatan lelaki itu. Rasanya sungguh enak. Dia pintar memijat.

Sambil dia memijat, dia juga mengajakku ngobrol. Dia pintar membuat suasana jadi tidak kaku.
"Neng namanya siapa? Maaf, biar kita bisa ngobrol dengan enak."
kusebutkan namaku. dia menyebutkan namanya. oiya, lelaki tukang pijat ini bernama Hendra. aku ngobrol lumayan banyak dengan Hendra. Dia lucu juga. Sambil dipijat, aku juga sering senyum dan tertawa dibuatnya.

Tiba-tiba Hendra bilang, “Maaf ya Endah,  Kimononya dibuka ya.” katanya tanpa ragu-ragu.
Aku hanya diam saja ketika kimonoku dibuka dan diletak diranjang satunya lagi, kini hanya tinggal CD dan bra saja yang melekat di tubuhku.

Setelah memijat betis dan bagian paha, Hendra beralih ke punggungku, memang terasa enak pijatan Hendra ini. Aku sampai lupa kalau aku sudah telanjang di hadapannya.

Setelah itu aku merasakan Hendra menuangkan oil ke atas punggungku dan mulai mengosoknya. Punggungku terasa dingin. Namun pijatan Hendra membuatnya jadi hangat lagi.

“Maaf ya, Endah. BH nya aku buka. Biar mudah memijat punggungmu,” serunya sembari melepas tali BHku. Aku hanya diam saja. Kedua tanganku aku taruh di bawah bantal sementara kepalaku menoleh ke arah tembok. Terasa geli juga ketika Hendra mulai mengurut bagian samping tubuhku. Sesekali tangan Hendra menyentuh bagian samping susuku dan aku yakin itu memang dia sengaja. Dia mengulanginya beberapa kali dan anehnya aku membiarkannya saja.

Lalu terasa tangan Hendra mulai mengurut kebagian bawah dan menyentuh CD ku. Pertama bagian punggung ke bawah. Lalu bagian pinggang. Bongkahan pantatku beberapa kali juga dia pijat. Ohhh... tidak... itu bukan dipijat, tapi diremas. Aku memejamkan mata. Ingin bilang jangan, tapi aku meikmatinya. Aku malu mulanya. Tapi Hendra pandai mengalihkan gerakannya. Saat aku terlihat seperti keberatan, dia pindah ke bagian tubuhku yang lain. Lantas kembali lagi ke bongkahan pantatku yang kenyal dan bulat ini.

Tanpa rasa canggung, Hendra bilang ke aku, “Maaf ya, Endah, celana dalam kamu juga harus dibuka. Biar cairan minyak pijatnya bisa meresap dengan sempurna.” serunya sembari tangannya menarik CDku ke bawah. Aku terkejut tapi anehnya aku membiarkan Hendra memelorotkan CD ku hingga lepas. Kini Hendra dengan leluasa mengurut tubuhku bagian belakang yang sudah telanjang itu. Iya, kini aku sudah telanjang bulat. Tidak ada apa-apa lagi yang membalut tubuhku.

Hendra mengosokkan oil ke seluruh tubuhku bagian belakang dari leher sampai ketelapak kaki dan di bawah sinar lampu kamar yang temaram, aku yakin tubuhku akan tampak mengkilap karena oil itu.
Aku hanya berdiam diri saja dan membiarkan Hendra mengurut bagian dalam pahaku. Kedua kakiku direnggangkan.. Oouhh.. Pasti sekarang Hendra dapat melihat lubang pepekku dari belakang, pikirku, tapi aku hanya diam saja. Dan diam-diam merasakan nikmat ketika tangan Hendra menyentuh-nyentuh bibir vaginaku. Kakiku kian direnggangkan olehnya. Aku mengikutinya dengan senang hati. Wajahku sesekali aku benamkan ke bantal. Saat sesekali jari Hendra menyentuh tepi lubang pepekku, aku merasakan geli yang aneh dan nikmat. Nikmat sekali. Bulu kudukku berdiri saking nikmatnya.

Hendra naik ke atas tempat tidur dan duduk berlutut di antara kedua pahaku. Aku hanya bisa pasrah saja ketika Hendra merenggangkan kedua pahaku lebih lebar lagi dan aku membiarkan kedua tangan Hendra mengurut-urut bagian pinggir vaginaku tanpa malu-malu lagi. aku yakin saat ini lubang pepekku sudah menganga dan sudah basah oleh oil dan juga oleh cairan pepekku sendiri. Dan... Hendra pasti sudah melihatnya dari tadi. Ah, terserahlah. Sudah terlanjur. Saat ini Hendra sedang memijat paha bagian dalamku. Rasanya geli-geli nikmat.

Gilaa.. Aku terangsang hebat. Dan setiap jari-jari Hendra menyentuh bibir vaginaku, aku pun mengelinjang. Malahan aku mulai mengeluarkan suara lenguhan nikmat.

Setelah cukup lama Hendra memijat pahaku bagian dalam dan sesekali menggelitik pinggir lubang pepekku, akhirnya Hendra menuangkan oil ke atas pantatku. Terasa cairan oil itu merambat melewati anus dan terus sampai ke vaginaku, kemudian dengan kedua tangannya, Hendra mulai mengurut bongkah pantatku, dan aku benar-benar merasakan nikmat dan membiarkan Hendra membuka bongkah pantatku dan pasti dia dapat melihat bentuk lubang pepekku dengan jelas dari belakang berikut anusku. Oohh...
Tiba-tiba terasa jari-jari Hendra mengusap-usap anus ku. Gilaa.. Aku terangsang lebih hebat lagi. Apalagi terasa sedikit demi dikit jari telunjuk Hendradicolok-colok ke dalam anusku. Bergetar hebat tubuhku. Dan tanpa aku sadari aku mengangkat pantatku hingga setengah menungging.

"Pantatmu bagus, Endah. Bulat. Kenyal dan putih mulus. Lubang anusmu juga nikmat sekali kelihatannya." kata Hendra setengah berbisik. "Hmmmmhhhh... iyaaaahhhhh..." sahutku entah sadar entah tidak.

Tiba-tiba kedua tangan Hendra memegang pangkal pahaku dan mengangkat pantatku ke atas, aku menurut saja. Hingga akhirnya aku menungging di hadapan Hendra. Benar-benar nungging. Kepalaku kubenamkan ke bantal. Kini Hendra memainkan pepekku dan  aku membiarkan Hendra mempermainkan vaginaku dengan jari-jarinya. Aku tersentak-sentak oleh serangan gelombang nikmat yang jarang aku rasakan. Kelentitku sesekali dipelintir pelan dan itu nikmat sekali.

Tiba-tiba.. Ooouuhh.. Aku mengeluh panjang ketika terasa jari Hendra menyusup masuk ke dalam anusku. Terasa sedikit mules ketika jari telunjuk Hendra di sodok-sodok keluar masuk lobang pantatku, oohh... eeemmmmpppphhhhhh... aaaacccchhhhh... Aku hanya bisa meringis saja dan akupun mengelinjang hebat ketika tangan Hendra yang satunya menyusupkan jarinya ke dalam lubang pepekku. Gilaa... Aku merasakan nikmat luar biasa.. Aku hanya pasrah saja dan membiarkan Hendra mengocok-ngocok vagina dan anusku dengan jari-jarinya.

Tanpa sadar aku meluruskan kedua tanganku untuk menopang tubuhku. Hingga kini posisiku seperti orang merangkak, sementara Hendra tetap duduk berlutut di belakang. Cukup lama juga jari-jari Hendra menyodok-nyodok liang vaginaku dan lobang pantatku. Dan... aku benar-benar menikmati. Sehingga tanpa sadar vaginaku sudah basah bercampur dengan oil.

Tiba-tiba aku merasakan ada sesuatu yang menempel di mulut vaginaku. Aku sedikit kaget sebab yang menempel di lubang pepekku kali ini rasanya sedikit besar, tumpul, dan hangat. Aku menoleh ke belakang. Ternyata Hendra telah mengarahkan kontolnyanya ke bibir vaginaku. Matanya sayu dan wajahnya kian tampan saja kalau sudah begitu.
"Boleh ya, Endah. Plissss..." kata Hendra minta ijin untuk ngentotin aku dari belakang. Kontolnya yang besar, panjang, dan hangat itu dia usap-usapkan ke belahan pantatku yang menungging dengan sempurna. Sesekali kepala kontol Hendra menyentuh lubang pepekku dan menekan-nekan dengan malu-malu.

Kalau sudah begini, rasanya tidak mungkin aku akan melarangnya. Aku sendiri menikmati perlakuan Hendra kepadaku. "Tapi jangan kasar ya, Hendra." Kataku kemudian. Gilaaaa... aku akan ngentot dengan orang yang baru saja aku kenal? Ohhh...

Aku hanya pasrah dan membiarkan ketika secara pelan-pelan kontol Hendra mulai ditekan masuk ke dalam vaginaku.. Oohh.. Nikmat.. Tanpa disadari.. Aku mengerak-gerakan pinggulku juga, tubuhku terguncang-guncang ketika Hendra mulai menyodok-nyodok vaginaku dengan batang kemaluannya.
Aaccccchh... Nggkkhhhhhh... Occcccccchh... Aku benar-benar merasakan nikmat. Aku paling senang dikentot dengan gaya nungging seperti ini. Rasanya batang kontol yang ngentotin aku bisa masuk dengan sempurna. Dan aku sungguh menikmati suara hentakan antara pangkal paha yang ngentotin aku dengan buah pantatku. Bunyinya menggairahkan. Klepek... klepek... klepek... juga suara gerakan keluar masuk kontol ke dalam lubang pepekku. Sleppp... sleppp... slepp... crokkk... crookkk... crokkk... gila, nikmat sekali rasanya.

Hendra begitu semangat ngentotin aku. Pinggulku diremasnya, dia jadikan pegangan. Sementara pinggulnya dengan perkasa mendorong dan mencabut kontolnya yang begitu leluasa keluar masuk lubang pepekku.

"Endah... oooocccchhhh... nikmat benar pepekmu ini. Aduhhh... oooohhhh... ohhhh....  sssssshhhhhhh... aaaaccchhhhhh.... nikmat Endaaaaacccchhhhhhh..." suara racau Hendra saat ngentotin aku. Sesekali buah pantatku yang kenyal dia tampar. Sensasinya luar biasa. bikin aku memekik nikmat aaaaauuuuuccchhhh... aaaauuuuuccchhhhh... setiap kali dia menampar buah pantatku.

"Endah... belahan pantatmu bagus betul Endah... pantatmu putih... mulussshhhhh... oooccchhhh..." Hendra terus meracau. Sementara kontolnya masih dengan ganas keluar masuk lubang pepekku. Dan diam-diam aku mencapai klimaks tanpa sepengetahuan Hendra.

Tak lama setelah aku orgasme, Hendra mencabut kontolnya. Aku seperti tidak rela. Tapi untungnya Hendra segera membalikkan badanku. aku dimintanya telentang dan kakiku dia kangkangkan. Pahaku dia buka. Otomatis lubang pepekku juga ikut menganga. Kulihat batang kontol Hendra masih mengacung tegak. Segera kontol itu menempel di lubang pepekku dan dia tekan perlahan-lahan. Occchhhhhh... enaknyaaaaa... aku memejamkan mata. Menikmati setiap sodokan kontol Hendra.

Tiba-tiba kurasakan Hendra sudah mengenyot susuku. Kanan dan kiri dia hisap secara bergantian dengan rakusnya. aku semakin menggelinjang. Aku orgasme lagi dengan cepatnya. Lubang pepekku kian basah. Kontol Hendra kian cepat memompa ke dalam pepekku. Aku memekik sesekali. Susuku masih dilahap Hendra dengan buas. Puting susuku dia gigit-gigit kecil. Bekas cupang bertebaran di daging susuku yang lumayan besar dan putih mulus ini.

"Endahhh.... ssllluuurrruuuppppppp..... Hhhhhmmmmpppphhhh... susumuuu....   sluruuuppphhhh... eennnnakkkhhhh...." Hendra meracau lagi dambil menyedot susuku dengan buas. Sememtara pinggulnya masih maju mundur menghajar pepekku dengan ganas.

Kulihat Hendra mulai gelisah. Gerakan ngentotnya kian cepat saja. Pinggulku dia cengkram erat-erat. Suara hantaman pinggulnya ke pangkal pahaku kian membuat aku merinding. Gilaaaaaa... tak pernah aku ngentot sedemikian beringas dan nikmat.

"Endaaaaahhhh... ooohhh... ohhh... Endaaaahhh... aku mmmmmau kkk... kkkkeluarrrrhhhh..." aku mendesahkan kalimat supaya pejuhnya dia keluarkan di dalam pepekku saja. Tak mengapa. Dan... Hendra menghentakkan pinggulnya dengan kuat beberapa kali. Bersamaan dengan itu, kurasakan pepekku banjir pejuh yang hangat. Hendra menyemprotkan pejuhnya beberapa kali dalam pepekku. Rasanya enak sekali. Hendra terkulai di sebelahku. Kontolnya tercabut dalam keadaan masih tegang dan berlumuran pejuh. Napas Hendra ngos-ngosan.

"Endah, terima kasih ya. Kamu baik sekali membolehkan aku ngentot dengan kamu. Pepekmu adalah pepek yang paling nikmat dari semua pepek yang pernah aku rasakan. Legit dan rapat." aku tersenyum. "Kontol kamu juga kuat, Dra. Enak. Keras dan panjang. Goyanganmu oke juga."

Setelah itu aku ke kamar mandi membersihkan bekas pejuh Hendra. Saat aku keluar dari kamar mandi, Hendra sudah tidak ada. Ah... bajingan betul dia. Habis ngentot langsung ngilang.

ada yang mengetuk pintu di luar. Ternyata seorang ibu-ibu, "Permisi. Neng yang tadi pesen pijat ya?"
"Iya. Ibu siapa?" ibu itu tersenyum, "Saya tukang pijetnya Neng," Seketika aku tertegun. Memang kurang ajar si Hendra itu. Sungguh bajingan yang menyenangkan. Kontolnya itu... aaaacccchhh... aku membayangkannya ngentotin aku lagi dari belakang. Dengan posisi nungging. Duh, nikmatnya.