Jumat, 04 November 2016

Linda Dikontolin Parman



Aku meraba klitorisku dengan jari jariku, terasa nikmat sekali, beberapa saat kututup mataku. Cepat sekali vaginaku sudah licin, basah sekali, sentuhan jari jariku semakin menebarkan rasa nikmat. Sesekali aku tekan lebih keras, lututku rasanya tidak sanggup menopang tubuhku.

Oh ya, keasikan neh, perkenalkan namaku Linda, 27 tahun, sudah menikah dengan anggota TNI AU, aku bekerja sebagai seorang guru SMA di Jakarta Timur. Hobiku adalah masturbasi sambil menghayalkan pria pujaanku, fantasi-fantasi liar sering kali tidak dapat kubendung, apalagi semenjak aku LDR hampir setahun ini. Dan beginilah, belakangan ini jika sedang horny aku tidak kenal tempat untuk memuaskan gejolak birahiku.

Balik ke cerita tadi. Sangkin nikmatnya masturbasi di toilet sekolah, aku sampai tidak menyadari kalau pintu toilet meski kututup tapi tidak kukunci. Aku semakin tidak peduli, yang kutahu aku harus memuaskan birahiku yang sedang terbakar, kucoba menahan desahanku, meski terkadang terlepas juga desisan desisan kecil dari bibir tipisku.

“sshh..emhhh…” desisan kecil sesekali keluar dari bibir tipisku. Aku membayangkan bercinta dengan Pak Heri, guru olah raga baru di sekolah tempatku bekerja, Pak Heri sungguh tampan dan tubuhnya yang sangat kekar, tadi siang aku memperhatikannya yang sedang memberi petunjuk cara meregangkan otot kepada murid kelas 12. Ototnya begitu kekar, belum lagi ada tonjolan yang menggelembung di antara pahanya. Terus terbayang-bayang, aku jadi gak kuat lagi menahan birahiku sampai akhirnya berujung di toilet sekolah ini ketika jam pelajaran berakhir dan sekolah sudah sepi.

Aku membayangkan bercinta dengan Pak Heri di toilet ini, dia memompa kontolnya yang besar di vaginaku dari arah belakang, tubuhnya mendorong tubuhku sehingga aku terpaksa menahan tubuhku di tembok toilet dan sedikit menungging. Aku mempraktekkannya seolah-olah semuanya nyata, satu tanganku bertopang di dinding dan yang lain membelai klitorisku dari depan. ‘Uuuh Pak Herrrriiii’, desisku pelan. Aku terus mengejar kenikmatan, keringatku mulai keluar dari atas keningku.

Tidak lama aku merasa hampir tiba di ujung kenikmatan itu, namun tiba-tiba, ‘braaak’, pintu toilet tiba-tiba terbuka.

‘Bu Linda?’ kata orang yang berdiri di depan pintu toilet dengan mata yang tidak berkedip sedikitpun melihatku. 

Aku tersentak kaget, ‘Pak Parman ehhhh…’, kataku kaget ketika melihat Pak Parman, cleaning service sekolah yang umurnya sekitar 40 tahun. 

Sangkin kagetnya dan tidak tau berbuat apa aku jongkok merapatkan kakiku, namun tanganku masih berada diantara selangkanganku, aku begitu kaget sampai lupa menarik tanganku.

‘Pak Parmaan keluar’, kataku dengan suara pelan. Wajahku pucat sangkin takut dan malunya. Kurang ajar benar dia, bukannya keluar tapi malah cepat-cepat masuk dan menutup pintu kamar toilet dan menguncinya.

‘Ngapain Pak… keluar,’ perintahku dengan tetap berjongkok sambil merapikan rok ku ke bawah yang tadinya tersingkap sampai ke pinggul.

‘Bu Linda’, kata parman sambil mendekatiku dan mendekap tubuhku. Aku bertambah kaget, tapi aku tidak berani berteriak, aku takut ada orang yang mengetahui kalau aku masturbasi di toilet sekolah.

‘Jangaan Pak’, kataku berusaha melepaskan dekapannya, kugeser tubuhku untuk melepaskan diri dari dekapannya, namun dia tetap mendekapku sampai aku menabrak dinding.

‘Jangan Paak’, kataku takut, dia tidak mendengarkanku, bahkan dia mendekatkan wajahnya dan menciumi leherku.

‘Jangaaan’, kataku lagi. Melihat Parman yang begitu beringas dengan nafas mendengus-dengus menciumi leherku dan tangannya mulai meraba raba buah dadaku. Aku menyadari kalau aku terjebak, aku berusaha melawan, dengan sekuat tenaga aku dorong tubuhnya, berhasil, dia terjatuh di lantai toilet. Aku langsung mengambil kesempatan, berdiri ke arah pintu, namun ketika aku mencoba membuka grendel pintu toilet, tanganku tertahan oleh tangan Parman yang kekar.

‘Lepaskan’, kataku, namun Parman yang sudah kesetanan itu tidak mendengarkanku, dia malah memutar tangan kananku ke belakang tubuhku dengan paksa, tangannya yang lain menahan tangan kiriku di dinding. Aku terjebak, tenaganya kuat sekali, tubuhku seperti terkunci dan tidak bisa bergerak.

‘Pak Parmman jangan…sakit..lepaskan’, kataku memohon dengan suara memelas.

‘Bu Linda… biarkan aku…’, katanya di dekat telingaku, dengusan nafasnya sampai terasa menerpa telingaku.

“ahhh lepaskan’, aku memohon lagi begitu mengetahui tubuh kekarnya menekan tubuhku ke dinding. Aku sangat takut, ketika merasa ada benda yang keras kenyal menabrak bokongku.

‘ahh kontolnya udah tegang, dia akan memperkosaku’, jerit batinku. Aku semakin memberontak berusaha melepaskan kuncian tangannya yang menahan kedua tanganku.

‘Sebaiknya Bu Linda jangan berisik, nanti ada orang yang dengar, biarlah saya dipukuli orang tetapi saya akan cerita ke semua orang kalau Bu Linda masturbasi di kamar mandi’, katanya mengancam.

Aku mengurangi perlawananku, ancamannya begitu mengena. Apalagi di sekolah aku dikenal sebagai wanita anggun yang berkarisma. Aku menghentikan perlawananku dan berpikir sejenak. Kesempatan itu tidak disia-siakannya, tangan kananku diletakkan ke atas merapat di dinding bersatu dengan tangan kiriku, dengan tangan kirinya dia menahan kedua tanganku.

‘Jangan Paaaak, kumohhhon jangaan’, aku memelas kepadanya. Tapi sia-sia, tangan kanannya sudah bebas meraba raba buah dadaku, dia memeras buah dadaku keras sekali. Ingin rasanya menangis tetapi aku takut malah ada yang dengar.

“Aaaaacccchh Bu Linda… susu Bu Linda gede banget emmhh’, kata-kata kotor yang memuji keindahan tubuhku keluar dari mulutnya. Kurang puas meraba buah dadaku yang masih ditutupi kemeja, dia menarik kemejaku ke atas melepaskan dari dalam rokku. Tangannya yang kasar mulai terasa meraba-raba perutku.

‘Ammpuun Paaaaak… lepaskan’, kucoba lagi memohon ketika dia mulai memeras buah dadaku.

‘Emmhhhhh… Bu Linda, gede banget susu Bu Linda”, katanya lagi dengan berbisik dari belakang, dengusan nafasnya yang berderu menandakan dia sangat bernafsu. Dan aku bisa merasakan penisnya sudah sangat keras sekali menabrak-nabrak pantatku. Ini semua menandakan dia benar benar sudah sangat ingin menyetubuhiku.

‘Bu Linda ijinkan saya ngentotin Bu Linda’, bisiknya pelan sambil menarik rokku ke atas. Aku kaget mendengarnya, tetapi tenagaku tidak cukup kuat melepaskan kuncian tangannya.

‘Pak… jangan… jangan Paaaakkk… kasihani aku’, kataku memelas. Sepertinya apapun yang kukatakan tidak dapat membendung nafsu setannya, sejenak tidak kurasakan tangan kanannya meraba raba tubuhku. Penasaran apa yang dilakukannya, aku menoleh ke belakang dan alangkah kagetnya.

‘Oooh jangan Paaaaak’, aku panik ketika melihat ke belakang dia mengeluarkan kontolnya, meski tidak begitu jelas aku bisa melihat penisnya yang besar dan hitam legam sudah keluar dari sarangnya. Belum hilang rasa kagetku, Parman menekan tubuhku merapat ke dinding, aku merasakan benda kenyal dan keras menggesek dan menabrak pantatku.

‘Aduuh pantat Bu Linda montok banget. Putih, mulusssss, kenyal… owwwhhhh… nikmat banget rasanya Bu…’, katanya meremas remas pantatku. Aku terkaget, aku baru teringat jika ketika masturbasi tadi aku melepas celana dalamku dan celana dalamku masih tergantung di pintu toilet.

‘Gawat neh’, pekikku dalam hati mengetahui bokongku tidak dibaluti kain sedikitpun. Pasti dia dengan mudah mencari sasaran tembaknya apa lagi vaginaku udah mengeluarkan cairan karena masturbasi tadi, aku menjadi panik kembali, aku takut membayangkannya. Kucoba lagi memberontak, tapi tetap sia sia. Aku pasrah, rasanya tidak mungkin lepas, kurasakan ada benda kenyal sedang menggesek-gesek belahan pepekku yang licin seperti mencari cari sasaran. 

Akhirnya benda itu berhenti tepat di mulut lubang pepekku setelah mendapatkan sasaran tembak, kontol Parman sudah berada tepat di depan mulut vaginaku, aku sungguh tidak berdaya.

‘Pak Parman… ampun pak’, kataku memohon lagi demi menyadari dalam hitungan detik kontolnya akan segera masuk ke dalam tubuhku.

‘Bu Linda udah lama saya pengen giniin Bu Linda, Bu Linda seksi banget pantatnya. Pepeknya pasti sempit nih. Bu Linda kan jarang dikentot sama suami Ibu yang lagi tugas ke luar kota…’, katanya, dan itu benar sekali.

Dan tiba-tiba kurasakan kontolnya mulai masuk, aku panik mencoba melawan dengan sisa-sisa harapanku, bukannya terlepas tapi malah karena gerakan tubuhku kontol itu malah terbenam masuk ke dalam lubang vaginaku.

‘Aaaaccccch tidaaak’, pekikku dalam hati ketika kurasakan kontolnya terasa terbenam memenuhi vaginaku. Aku menarik nafas, ingin rasanya menangis. Sungguh sial, vaginaku yang sudah basah ketika aku masturbasi tadi malah memudahkan batang kontol itu masuk, tetapi kupikir itu lebih baik, jika tidak, mungkin vaginaku bisa lecet karena ada benda yang memaksa masuk, tapi berkat cairan yang sebelumnya memang sudah membanjiri vaginaku membuat kontol Parman yang besar itu pun masuk perlahan menggesek dinding lubang vaginaku perlahan.

‘Emmmh Bu Linda, Pepek Bu Linda enak banget, ooohhh’, desahnya didekat telingaku ketika kontolnya dibenamkan sedalam dalam mungkin dan terasa menyentuh rahimku. Tangan Parman meremas bokongku. Kontolnya mulai masuk maju mundur dengan teratur.

‘Ya ampuuun panjang banget kontol laki laki ini, ampuuun’, pekikku dalam hati. Aku berharap kontol itu udah mentok karena terasa sangat keras menabrak rahimku dan terasa sedikit perih karena jujur aja belum pernah ada benda sebesar itu masuk ke vaginaku. 

Ketika batang kontol itu amblas, masuk,maju mundur, aku terdiam, antara bingung, takut, takjub, nikmat dan kaget. Semuanya berkecamuk di kepalaku. Aku benar-benar terdiam, tidak bergerak. Aku pasrah, tidak mengeluarkan sepatah katapun, tidak kusangka khayalanku bercinta di toilet sekolah, dan disetubuhi dari belakang kesampean juga, tetapi bedanya bukan dengan Pak Heri dan aku tidak menginginkan ini terjadi. Tapi kenyataannya, laki-laki yang sedang mendesah-desah di belakangku, yang sedang membenamkan batang kontolnya di lubang surgaku yang berharga adalah pegawai kebersihan alias cleaning service di sekolah kami. Kenyataan yang harus kuterima, Parman sedang menikmati vaginaku, menikmati memompa penisnya keluar masuk di lubang kemaluanku.

Aku dia tunggingkan. Posisiku sudah bagus sekali. Aku yakin sekarang buah pantatku yang mulus kian menambah semangat Parman ngentotin aku. Terbukti beberapa kali Parman menampar pelan bokongku. Aku diam saja.

‘Oooh Bu Linda… ohhh enaknya…’, desah Parman gak karuan berkali-kali.

‘Emmmh’, aku mendesis kecil, meski aku tidak suka tapi tiba-tiba aku merasakan rasa nikmat meski tersamar oleh rasa takutku. Parman terus mengocok kontolnya tanpa henti, begitu dalam melesak masuk di lubang vaginaku. Kedua tanganku masih ditahan oleh tangannya yang kekar di dinding toilet.

‘Oooh yaaa ampppuuun kontolnya teraasa banget’, teriakku dalam hati. Ketika aku mulai tenang, aku menyadari kalau kontol Parman memang besar dan keras sekali, gesekan dan tusukan kontolnya begitu mantap memenuhi lubang vaginaku. Terasa banget ada benda yang mengganjal di selangkanganku, mulai menebarkan rasa nikmat yang menjalar di seluruh tubuhku. Diam diam aku mulai menikmati diperkosa pria ini, tiap kali dia menggerakkan batang kontolnya, darahku berdesir, sungguh luar biasa nikmat yang kudapat. Ketika dia menancapkan penisnya kembali ke dalam liangku, aku mendesis pelan, kucoba tidak mengeluarkan suara, aku terlalu sombong untuk mengakui kalau batang kontol itu sungguh memberikan kenikmatan padaku, tetapi tetap saja desisan kecil keluar dari bibirku.

‘mmmh mmmmh’, desisku pelan. Aku mulai menikmati perkosaan ini. Jujur, suamiku yang angkatan udara itu saja kontolnya tak sebesar ini. Ngentot dengan suamiku sebenarnya rasanya hambar. Tidak senikmat ini. Kontol Parman sungguh nikmat sekali.

‘Enak kan Bu?, katanya tiba tiba.Ternyata dia mengetahui kalau aku mulai menikmati tusukan kontolnya. Aku terdiam malu, tidak berani berkomentar, kalau kubilang tidak atau memaki-makinya, dia pasti tahu aku bohong karena vaginaku sudah mengeluarkan banyak cairan yang menandakan aku juga terangsang dan menikmati enjotan kontolnya. Aku menundukkan kepalaku dan mencoba menghindari ciuman bibirnya yang mengecup pipi kananku.

‘Tunggingkan sedikit pantatnya Bu Linda…’, katanya sambil menarik pantatku ke atas.

‘Kurang ajaaar… berani beraninya dia malah menyuruhku tambah nungging’, umpatku dalam hati. Tapi aku tidak punya pilihan selain menuntaskan birahinya secepat mungkin, dan berharap agar semuanya secepat mungkin berakhir. Aku ikuti saja kemauannya dengan menunggingkan sedikit pantatku.

‘Emmh pantat Bu Linda memang montok banget, putih, mulusssshhh, kenyalll… aaaaccccchhhhh…. gak salah apa yang aku khayalin selama ini’, katanya sambil meremas remas bokongku gemas.

‘Gila, ternyata aku sudah lama jadi fantasi laki laki ini’, pikirku dalam hati. Merasa posisiku sudah siap, sambil tangan kirinya menahan pinggulku, dia kembali menggerakkan pinggulnya lagi. Kontolnya kembali keluar masuk lubang pepekku... aaacccchhhh… rasanya sungguh nikmattt… kontol suamiku tak ada apa-apanya jika dibanding kontol Parman.

‘Emmh Paaaaak… pelan-pelan’, kataku ketika kurasakan penetrasi kontolnya terasa lebih dalam dari sebelumnya, mungkin karena aku menunggingkan pantatku sehingga posisi vaginaku benar-benar bebas hambatan. Parman tidak memperlambat kocokannya, dia malah mempercepat, aku mulai mendesah-desah pelan masih menjaga sikapku.

‘Emmh emmmh’, desisku pelan merasakan gesekan batang kontolnya di lubang vaginaku. Melihat tubuhku yang terdorong dorong ke depan, parman sepertinya sengaja melepaskan kedua tanganku sehingga aku dapat menahan tekanan tubuhnya, dengan kedua tanganku bertopang pada tembok.

‘Emmmh gila seret banget… nikmat….’, erangnya. Kini kedua-tangannya meremas remas bokongku yang bulat padat sambil tidak berhenti mengocok kontolnya. ‘Oowwwwwhhhhh Bu…. Ooowwwwwwhhhhhhh’, Parman semakin keras mendesah, aku jadi takut kalau-kalau ada orang yang mendengar desahannya itu.

“Pak Parman..jaa..jangan berisik Pak...”, kataku memohon, takut desahannya didengar orang.

‘I..i..iya Bu… emhh abis enak banget’, katanya pelan dengan nafas menderu. Kocokan kontolnya terasa semakin cepat. Kurang puas meremas-remas bokongku, dia menguakkan belahan pantatku. dan kurasakan satu jarinya membelai anusku. Kontan aja aku menggeliat, pantatku bergoyang ke kanan ke kiri karena kegelian.

‘Oooh Pak Parman… oooccccchhhhhh…’, aku bukan lagi mendesis tetapi desahan mulai keluar dari bibirku, rasa nikmat yang tercipta dari kocokan kontol Parman ditambah gesekan jarinya yang membelai anusku seperti racikan yang pas membuat aku lupa diri, dan membuatku tidak dapat membendung desahanku. Hebat sekali, rasanya aku mulai benar benar menikmati semua ini, tubuhku terasa sangat geli, kenikmatan rasanya menyebar di seluruh tubuhku.

‘Oooh… acccccchhh…’, aku semakin menggila, desahanku bertambah keras saja, Parman bukan saja hanya membelai anusku dengan jarinya tetapi memasukkan satu jarinya ke anusku dan menusuk nusuk jarinya ke anusku, refleks pantatku semakin kutunggingkan, tiap kali dia menarik kontolnya, dia membalasnya dengan menusukkan jarinya ke anusku.

Jujur saja, terlintas di benakku untuk melakukan anal sex dengan Pak Parman, seperti yang dulu pernah kulakuan dengan mantan pacarku, Mas Andika. Parman semakin mengerang tak karuan, tidak kuhiraukan lagi apa yang dikatakan Parman, rasanya aku sudah mau orgasme.

‘Saya mau keluar… ahh Bu Linda… ooooocccchhhhh…’, kudengar samar samar erangannya, namun tidak kupedulikan karena aku juga merasa sudah mau orgasme.

‘oooooh… emmmhhhhhh… oooh… ’ desahku lebih keras, kurapatkan tubuhku ke dinding, Parman mengikuti tubuhku dan menekan keras-keras kontolnya ke dalam vaginaku, bahkan dia menusuk jarinya sampai amblas di dalam anusku.

‘Aaaaahhhh setaaan kau Parmaaaaan’, lirihku panjang, aku orgasme, aku tidak dapat menahannya, sungguh luar biasa aku bisa orgasme ketika diperkosa. Kutelan air liurku menikmati sisa kenikmatan, masih kurasakan penis Parman memenuhi liangku, tetapi tidak kurasakan lagi jari parman di anusku, kedua tangannya memegang pantatku dan memompa kontolnya dengan ganas.

‘Oooh Bu Linda oooh…’, tiba tiba Parman mengerang keras dan menekan tubuhku keras, aku kaget menyadari dia mau orgasme, tapi terlambat, diringi erangannya, kontol Parman sudah menyemburkan sperma hangat menyirami rahimku. Berkali-kali dia mengehentakkan penisnya dalam-dalam membuat tubuhku terdorong ke tembok.

‘Ooooh… emmmh’, entah kenapa aku ikut menikmati sensasi ketika Parman orgasme di liangku, denyutan-denyutan kecil batang kontolnya terasa di dinding lubang vaginaku ketika cairan hangat spermanya berhamburan keluar menyirami lubangku.

‘Ahhh… apa yang kulakukan? Parman orgasme di vaginaku’, pekikku dalam hati. Aku tersadar kembali, kurapatkan tubuhku ke dinding dan menarik nafasku, aku teringat kalau aku memang sudah mau haid, aku hanya bisa berharap spermanya tidak membuahi telur dirahimku.

‘Aahhhh Bu Linda emmh…’, dia mencoba mencium pipiku tapi kudorong dengan mata melotot. Melihatku protes, dia segera merapikan pakaiannya tanpa membersihkan kontolnya yang masih dilumuri cairan vaginaku.

‘Cepat keluar Pak’, kataku dengan suara lantang sambil merapikan posisi rokku. Parman tanpa berkata apa-apa langsung keluar dan kukunci pintu toilet. Aku langsung membersihkan kemaluanku dari cairanku sendiri dan sperma Parman yang mengalir keluar.

‘Gila… banyak banget spermanya’, umpatku dalam hati. Aku mengenakan celana dalam dan merapikan baju yang kukenakan.

Aku mengendap-endap keluar toilet dengan hati berdebar, takut ada orang yang mengetahui apa yang terjadi tadi di toilet. Suasana sekitar sekolah sepi, memang saat itu sudah hampir jam 4 sore. Dengan hati berdebar aku memasuki ruangan guru, kulihat kepala sekolah dan 2 orang guru belum pulang mereka lagi sibuk dengan urusan masing masing. Aku sedikit bernafas lega meski perasaan kotor masih ada di pikiranku. Dan sore itu aku pulang ke rumah dengan perasaan yang tidak menentu antara malu, takjub, takut, nikmat, dan rasa ingin dikentotin sama Parman lagi.

Jumat, 14 Oktober 2016

Ngentot dengan Andre >>seusai jam mengajar


Seusai jam mengajar, aku memutuskan untuk langsung pulang. Andre mengantarku pulang seperti biasa. Tapi Andre tidak langsung mengantarku pulang. Aku dibawanya dulu singgah ke rumahnya. Rumahnya sepi. Oh, aku langsung paham dengan maksud Andre mengajakku singgah ke rumahnya siang ini. Pasti Andre ngajak ngentot lagi. Aku sih suka-suka saja. Ngentot dengan Andre itu, berapa kalipun, akan tetap kulakukan selama keadaan aman dan mendukung.

“Linda, ke kamarku yuk, ada yang mau aku tunjukin ke kamu.” Andre menarik tanganku. Sampai di kamarnya, Andre langsung melepas celana panjangnya tanpa canggung seperti saat ngentot di lorong WC sekolah tadi. Celana dalamnya pun dia buka sekalian. Seketika, batang kontolnya langsung mencuat, ngaceng sengaceng-ngacengnya. “Kamu tau sejak kapan kontolku ini ngaceng?” Andre bertanya sambil meremas susuku dengan lembut. Lidahnya menyapu leherku dengan lembut juga.
“Memangnya sejak kapanhhhhhhhccchhh….” Tanyaku sambil mendesah.
“Sejak kamu naik di motor tadi, sejak susumu ini nempel di punggungku. Acchhhh… nikmat sekali Linda, iya terussss,, diremas terus kayak gitu. Ohh… nikmat sekali rasanya…”

Aku memang sedang mengusap-usap dan meremas batang kontol Andre. Dia langsung belingsatan. Mulutnya meracau. Lidahnya terus saja menjilati leherku, membuat aku jadi merinding gak kuat nahan gelora napsu yang kian memuncak.

Kami ngentot lagi. Andre tambah ganas saja. Tapi aku suka. Andre mengeksplor pepekku habis-habisan.

Kami berbaring dengan Andre masih memeluk tubuhku dari belakang. Batang kemaluan Andre yang sudah terkulai menempel di belahan pantatku. Kurasakan ada semacam cairan pekat yang menempel ke pantatku dari batang kemaluan Andre. Aku tak tahu dengan kain apa Andre menyeka lubang kemaluanku untuk membersihkan cairan sperma yang menetes dari labila mayoraku. Aku terlalu lemas untuk memperhatikan. Akhirnya aku tertidur kelelahan setelah 'digempur' habis-habisan oleh Andre.

Aku tidak tahu berapa lama aku telah tertidur di kasur Andre. Aku tersadar saat ada sesuatu benda lunak yang memukul-mukul bibirku. Saat kulirik aku terkejut ternyata benda yang memukul-mukul bibirku tadi adalah batang kontol Andre yang sudah setengah ereksi. Ternyata ia sedang berjongkok dengan mengangkangiku dan tangannya memegangi batang kemaluannya sambil dipukul-pukulkannya pelan-pelan ke bibirku. Begitu melihat aku terbangun, dengan serta merta Andre memegang bagian belakang kepalaku dan menyodorkan batang kemaluannya ke mulutku. Aku menjadi gelagapan karena bangun-bangun sudah disodori kontol. Gila. Andre hot banget. Dia perkasa sekali.

Kurasakan ada sedikit rasa asin-asin yang agak aneh saat bibirku mulai mengulum batang kemaluan Andre yang disodorkan padaku. Sedikit demi sedikit batang kemaluan itu semakin mengeras dalam kulumanku.

Beberapa saat kemudian Andre membalikkan posisinya. Batang kemaluannya masih kukulum dengan liar kemudian ia menundukkan tubuhnya dan wajahnya kini menghadap selangkanganku. Dipentangkannya kedua pahaku kemudian lidahnya mulai bekerja menjilat dan melumat gundukan kemaluanku. Aku semakin gelagapan karena merasa kegelian di selangkanganku sementara mulutku tersumpal batang kemaluan Andre.

Aku ikut menyedot batang kemaluannya saat Andre menyedot kemaluanku. Kami saling menjilat dan menyedot kemaluan kami masing-masing dengan posisi wajah Andre menyeruak ke selangkanganku dan wajahku dikangkangi Andre.

Aku semakin menggelinjang liar saat lidah Andre mengais-ngais lubang anusku dengan menekuk kedua pahaku ke atas. Aku sangat terangsang dengan perlakuannya itu. Apalagi saat lidahnya dimasukkan dalam-dalam ke lubang vaginaku. Aku tak mampu menjerit karena mulutku tersumpal batang kemaluannya.

Tubuhku bergetar hebat menahan kenikmatan yang menyergapku. Andre dengan ganas menjilat-jilat tonjolan kecil di lubang kemaluanku dengan kedua tangannya membuka lebar-lebar labila mayoraku ke arah berlawanan. Aku tak mampu bertahan lama atas perlakuannya itu. Tubuhku mengejan dan berkelejat seperti cacing kepanasan. Lalu tubuhku tersentak selama beberapa saat dan akhirnya terdiam. Aku mengalami orgasme lagi dengan cepatnya.

Andre masih membiarkan batang kemaluannya menyumpal mulutku sambil sesekali lidahnya menyapu-nyapu dinding vulvaku. Setelah aku mulai dapat mengatur napasku, Andre menggulingkan tubuhnya ke samping dan menarik tubuhku agar naik ke perutnya. Ia bergeser ke arah dekat dinding dan menumpuk beberapa bantal di belakang punggungnya hingga posisinya kini setengah duduk. Tubuhku ditariknya hingga menduduki perutnya lalu diangkatnya pantatku dan dicucukannya batang kemaluannya ke lubang kemaluanku.

Dengan pelan aku menurunkan pantatku hingga batang kemaluan Andre secara perlahan melesak ke dalam jepitan liang kemaluanku. Aku menahan napas menikmati gesekan batang kemaluannya di dinding lubang kemaluanku. Setelah beberapa kocokan yang kulakukan akhirnya amblaslah seluruh batang kontol Andre ke dalam lubang kemaluanku.

Kini aku duduk di atas perut Andre yang setengah duduk dengan punggung diganjal bantal. Dengan tangan bertumpu dinding tembok aku mulai bergerak menaik-turunkan pantatku secara perlahan. Sementara itu tangan Andre mencengkeram pantatku membantu menggerakkan pantatku naik turun, mulutnya sibuk menetek payudaraku.

Posisi di atas merupakan salah satu posisi favoritku. Karena dengan posisi ini aku dapat mengontrol sentuhan-sentuhan pada daerah sensitifku dengan batang kemaluan laki-laki yang menancap di lubang kemaluanku.

"Akhh.. Shh.. Terushh.. Reeee, acccchhhhhh" aku mendesis-desis saat Andre ikut mengimbangi goyanganku sambil kedua tangannya menekan kedua payudaraku hingga kedua putingku masuk ke dalam mulut Andre. Kedua putingku dijilat-jilat dan disedot secara bersamaan hingga membuat nafsuku meningkat secara cepat. Aku semakin liar menggerakkan pantatku di pangkuan Andre. Tubuhku kembali mengejat-ngejat dan seperti terhantam aliran listrik.

"Terusshh.. Terusshh.. Ouchh.." aku semakin liar mendesis saat kurasakan sesuatu meledak-ledak. Tubuhku terasa terhempas ke tempat kosong lalu akhirnya aku ambruk di dada Andre.

Andre lalu bangkit dan berganti menindihku dengan tanpa melepaskan batang kemaluannya dari jepitan lubang kemaluanku. Bantal yang tadi mengganjal punggungku ditaruhnya untuk mengganjal pantatku hingga gundukan kemaluanku semakin membukit. Aku yang sudah lemas kembali dijadikan bulan-bulanan genjotan batang kemaluannya. Bibirnya tak henti-hentinya melumat bibirku dan pantatnya dengan mantap memompa batang kemaluannya menusuk-nusuk lubang kemaluanku. Kedua tangan Andre mengganjal bongkahan pantatku hingga tusukannya kurasakan sangat dalam menumbuk perutku.

"Ughh.. Ughh.. Putarrhh.. Lindaaaa... Putarrhh ugghh.." kudengar Andre mendengus memintaku memutar pantatku. Aku menuruti permintaannya memutar pantatku dengan sisa-sisa tenaga yang masih ada.

"Terushh.. Terushh ter.. Oughh!!" Akhirnya dengan diiringi dengusan panjang tubuh Andre berkelojotan. Tubuhnya tersentak-sentak dan hunjaman batang kemaluannya serasa menghantam sangat dalam karena didorong sekuat tenaga olehnya. Batang kemaluannya berdenyut-denyut dalam jepitan liang kemaluanku dan crott.. Crott.. Crott batang kemaluannya menyemburkan cairan kenikmatan ke dalam liang kemaluanku. Aku merasa ada desiran hangat menyembur beberapa kali dalam lubang kemaluanku. Nikmat sekali rasanya.

Tubuh Andre masih berkelojotan untuk beberapa saat lalu akhirnya terdiam.

"Oughh.. kamu  hebatthh…" bisiknya di telingaku dengan napas yang masih ngos-ngosan. Tubuh kekarnya ambruk menindih tubuh telanjangku. Batang kemaluannya dibiarkannya tertancap erat dalam jepitan liang kemaluanku. Kami berdua sama-sama diam menikmati sisa-sisa kenikmatan yang baru saja kami raih.

Hari sudah menjelang sore saat aku bangun dari kasur Andre. Aku kaget saat mau kupakai celana dalamku ternyata sudah basah oleh lendir yang masih menempel. Rupanya tadi Andre menyeka lubang vaginaku dengan celana dalamku! Sialan juga terpaksa aku tidak memakai celana dalam.

Dengan memakai rok dan baju atasanku aku keluar ke kamar mandi dan cebok membersihkan lubang kemaluanku dari sisa-sisa lendir sehabis ngentot tadi. Aku baru saja mau berdiri dan memasang rok saat tiba-tiba Andre yang hanya dililit handuk ikut masuk ke kamar mandi. Belum selesai membenahi rok lagi-lagi Andre merangsekku di kamar mandinya yang terbuka.

Diturunkannya lagi rokku hingga sebatas lutut lalu didekapnya aku dari belakang. Bibirnya dengan ganas dan rakus menjilat dan mencumbu daerah belakang telingaku hingga gairahku mulai terbangkit lagi.

Melihat aku sudah dalam genggamannya dilepasnya lilitan handuknya hingga ia telanjang bulat. Batang kemaluannya yang sudah setengah keras menempel ketat di belahan pantatku. Aku sengaja menekan pantatku mundur hingga menggencet batang kemaluannya semakin terbanam di antara kedua belah buah pantatku. Kugeser-geser pantatku dengan lembut hingga lama-kelamaan batang itu mulai mengeras lagi.

Setelah keras dicucukannya batang kemaluannya ke celah-celah sempit di gundukan bukit kemaluanku lalu digosok-gosokannya ujungnya ke alur sempit itu yang sudah mulai basah.

Sekali lagi kami ngentot dengan hanya menurunkan rokku sebatas lutut dan Andre menggenjotku lagi dengan posisi berdiri. Aku harus bertumpu pada bak mandi yang terbuat dari gentong tanah sambil setengah nungging sementara Andre menggenjot dari belakang. Gila. Pak guru satu ini memang gila! Bagaimana tidak… Ia punya dua 'spidol', yang satu dapat dipake untuk nulis sedangkan yang satunya dapat membuat orang merem-melek keenakan!

Sekali lagi. Kontol Andre memang juara!!!

Ngentot dengan Andre >>di sela mengajar


Hai, kita ketemu lagi dalam kisah-kisahku yang sangat unik dan menyenangkan ini. Masih ingat kisahku saat aku ngentot buat pertama kalinya dengan Andre tempo hari? Okelah, mungkin beberapa yang sudah baca tulisanku yang dulu itu masih pada ingat. Nah, kali ini aku mau cerita lagi soal aku yang dikentot lagi sama Andre di beberapa tempat.

Suatu hari, saat kami di kantor, kulihat Andre sangat gelisah. Tatapannya terus menerus tertuju ke susuku yang besar ini. Sesekali juga tatapannya tertuju ke selangkanganku yang sesekali juga aku buka. Aku memang mengenakan rok selutut. Jadi kalau aku mengangkang saja sedikit, pahaku yang memang mulus akan leluasa dilihat oleh orang yang beruntung. Dan untuk Andre, aku selalu membuatnya beruntung. Aku senang memberikan pahaku untuk dilihat oleh Andre. Bukan cuma itu, mungkin Andre juga bisa melihat celana dalamku jika aku membuka selangkangan sedikit lebih lebar. Dia pasti bisa melihat gundukan pepekku yang terbalut oleh celana dalam tipis.

Tiba-tiba Andre beranjak dari duduknya dan menghampiriku. Dia membisikkan sesuatu. “Nanti kalo sudah di kelas, kita keluar sebentar ya sayang, aku udah gak kuat nih.” Aku mengangguk.

Benar saja. Ketika kami sudah masuk kelas dan menyampaikan beberapa materi, lima belas menit kemudian HP ku berbunyi. Aku mengatakan kepada siswa bahwa aku akan mengangkat telpon sebentar karena ini penting. Siswaku tidak mempermasalahkan hal ini.

Aku langsung menuju WC. Di belakang WC ada lorong kecil. Biasanya dipakai oleh petugas kebersihan sekolah untuk merokok. Disini sudah ada Andre. Begitu melihatku, dia langsung menciumi leherku dengan ganas. Aku kewalahan. Bibirku dilumatnya dengan rakus. Susuku diremasnya juga. Desahaanku tertahan sebab bibirku masih dalam lumatan bibir Andre.

“Linda, angkat dong rokmu sayang, acchhh, aku udah gak kuat nih.” Aku maklum. Kami gak bisa lama-lama sebab ini di belakang WC kantor. Kuangkat rok pendekku tinggi-tinggi. Andre sendiri langsung melepas sabuk dan membuka celana panjangnya. Kontolnya sudah menjulur keluar. Besar dan berotot. Aku ngiler sendiri. Aku pengen mengulumnya, pengen menjilati kepala kontol itu, pengen menjilati bijinya yang menggantung itu. Ohhhh… tapi sepertinya tak mungkin. Andre langsung mengarahkan kontolnya ke pepekku. Kami ngentot berdiri dan saling berhadapan. Andre menggoyangku sambil meremas-remas buah pantatku. Kami ngentot dalam posisi seperti ini kira-kira empat menit. Rasanya sedikit tidak enak sebab rok pendekku sangat mengganggu. Aku tidak bisa mengangkang dan memberikan jalan yang leluasa untuk kontol Andre. Tapi bagaimanapun juga, aku tetap mendesah kenikmatan. “Andreeee, accchhh achhh achhhhh, mphhh,,,” begitu cerocosku setiap kontol Andre menancap ke dalam pepekku.

Entah karena kurang leluasa atau kurang nyaman, tiba-tiba Andre mencabut batang kemaluannya yang terjepit liang kemaluanku. Ia membalikkan tubuhku menghadap dinding dan ia sekarang berdiri di belakangku. Tubuhku sedikit ditunggingkan dengan kedua tangan menopang tembok. Dipentangkannya kedua kakiku lebar-lebar, lalu ditusukkannya kontolnya ke lubang pepekku dari belakang. Kali ini gerakanku dan gerakannya agak lebih leluasa.

Kedua tangan Andre meremas dan memegang erat pantatku sambil mengayunkan pantatnya maju mundur. Kontolnya semakin lancar keluar masuk liang kemaluanku yang sudah sangat licin.

"Ughh.. Ughh.." kudengar Andre mendengus-dengus seperti kereta sedang menanjak. Aku pun mengimbangi gerakan ayunan pantat Andre dengan sedikit memutar pantatku dengan gaya ngebor.

Napas Andre semakin menderu saat kulakukan gaya ngeborku. Batang kemaluannya seperti kupilin dalam jepitan liang kemaluanku. Nafsuku yang sudah terbangkit semakin mengelora. Desakan-desakan kuat di dalam tubuh bagian bawahku semakin menekan. Kugoyang pantatku semakin liar menyongsong sodokan batang kemaluan Andre.

"Teruss.. Linda... Terusshh. Goyang terus sayang, nah iya, gitu, bagusshhhhh… Occchhh Lindasari..." Andre mendesis-desis dan tangannya semakin kuat mencengkeram pantatku membantuku bergoyang semakin kencang.
"Arghh.. Arghh.. Akhh.. aku keluar Linda… aaaccchhhhh…" kudengar Andre menggeram saat batang kemaluannya mengedut-ngedut dalam jepitan liang kemaluanku.

Aku pun merasa sudah di ambang puncak kenikmatanku. Kugoyangkan pantatku semakin liar dan akhirnya kuayunkan pantatku ke belakang menyongsong tusukan Andre hingga batang kemaluannya melesak sedalam-dalamnya seolah-olah menumbuk mulut rahimku dan kurasakan ada semburan cairan hangat dari batang kemaluan Andre di dalam liang vaginaku. Crooot.. Crrooott.. Croooott.. Croott.. Crott..!! Banyak sekali cairan sperma Andre yang tersembur menyiram rahimku, hingga sebagian menetes ke lantai.

Kami tetap terdiam sambil mengatur napas. Tangan Andre memeluk dadaku dan batang kemaluannya masih mengedut-ngedut menyemburkan sisa-sisa air mani ke dalam liang kemaluanku. Kami masih berdiri. Kurasakan kontol Andre mulai mengendur di dalam pepekku. Akhirnya kami menyudahi ngentot singkat ini. Biarpun singkat, aku senang sekali bisa ngentot dengan Andre siang-siang begini.

“Makasih ya Linda,” ucap Andre seraya mencabut kontolnya dari pepekku. Kurasakan telapak tangannya menepuk bongkahan pantatku dengan lembut. “Belahan pantatmu ini indah banget, Linda. Bikin aku ngaceng lagi. Pengen ngentot lagi rasanya.” Kulirik, kontol Andre mengembang lagi. Gila. Hebat banget dia. Baru juga muncrat segitu banyaknya, sekarang udah membesar lagi kontolnya.

“Ya udah, ngentot lagi aja yuk, mumpung belom aku turunin nih roknya.” Aku bertumpu lagi ke dinding. Kutunggingkan pantatku senyaman mungkin. Pahaku kubuka sedikit lebar. Andre pun segera membenamkan kontolnya lagi ke pepekku yang memang masih licin. Kami ngentot lagi. Kali ini lebih ganas. Andre menggoyangku dengan brutal. Pangkal paha Andre beradu dengan bongkahan pantatku, menghasilkan suara yang menggairahkan. Klepekkk klepekkk klepekkk… pepekku langsung berdenyut. Aku seperti ingin orgasme lagi. Batang kontol Andre yang keluar masuk di lobang pepekku terasa sangat nikmat. Akhirnya aku orgasme juga. Andre menyusul tak lama kemudian. Aku menegakkan tubuh perlahan. Kontol Andre masih menancap di pepekku. Aku memutar kepala. Kami berciuman dengan kontol Andre masih menyemburkan sisa-sisa spermanya di dalam pepekku. Sungguh nikmat petualangan kali ini. Aku melepaskan pagutan bibir Andre. Seketika aku berjongkok di depan Andre, kuemut kepala kontol Andre yang mengkilat itu. Kujilati sperma yang masih tersisa di sana, batangnya kujilati juga. Nikmat sekali. Kini batang kontol itu sudah bersih. Sisa-sisa spermanya sudah kutelan. Nikmat sekali rasanya.

“Sayang, kita udahan dulu ya. Gak baik kalau kita lama-lama ngentot. Nanti ketauan siswa.” Kami pun mengemasi pakaian masing-masing.

Kontol Andre memang juara!!!  

Susu Kenyal Lindasari, Istri TNI


Pertama, aku mau bilang makasih buat Admin blog ini yang sudah memposting tulisanku. Aku tak ada maksud lain selain ingin berbagi pengalamaan. Ini adalah kisah nyata.

Aku tinggal di Kota PB. aku bekerja di salah satu surat kabar di kota tersebut. Langsung saja. Pada bulan Agustus 2015, kantorku kedatangan wartawati senior dari Pulau Jawa. Namanya Nana Risky Lindasari Siregar. Itu nama dia yang sebenarnya. Kupanggil dia Linda.

Linda ini cantik lah. Bodinya imut. Mungil. Selain putih dan cantik, tak ada lagi yang istimewa di dirinya. Susunya tak terlalu besar. Pinggulnya biasa saja. Bokongnya juga tak terlalu membusung. Dia pake jilbab.

Pertama kali kenal dengan Linda, aku sudah suka. Senyumnya menyenangkan. Sebagai laki-laki yang terbilang tampan di kantor, aku sudah berhasil mengajak Linda jalan-jalan kurang dari seminggu sejak kedatangan Linda di kantorku. Aku tau dari ceritanya kalau dia sudah punya suami. Suaminya adalah perwira TNI. Tapi Linda mengaku kalau dia tidak bahagia dengan suaminya. Suaminya itu pake narkoba. Tukang ambil uangnya juga di ATM. Suka main perempuan. Kasihan sekali Linda ini.

Oktober 2015. Aku sudah mencium Linda. Linda sudah jatuh cinta kepadaku. Lantas, Desember 2015, aku sudah berhasil mencium bibir Linda. Rasanya nikmat sekali. Lembut. Aku suka ciuman bibir dengan Linda. Linda juga begitu. Sejak pertama kali ciuman bibir denganku, di bulan Desember itu, sampai sekarang sudah tak terhitung lagi kami ciuman. Setiap ada kesempatan, kami selalu berciuman bibir. Saling pagut.

Aku juga sudah beberapa kali main ke rumah Linda. Di rumahnya, aku semakin bebas. Suaminya tak ada. Semakin leluasa lah aku menciumi istri tentara yang bodoh itu.

Pada bulan April 2016, aku main ke rumah Linda lagi. Tak pakai basa-basi lagi, begitu aku sampai di rumahnya, kupeluk Linda dari belakang. Kuciumi dia. Dia merintih. Menggeliat. Padahal dia lagi masak. Tanganku sudah mulai berani menyentuh susunya. Sambil kucium, sambil aku senggol-senggol susunya. Aku intip dari celah kerah bajunya, Linda tidak pakai BH. Aku yakin dia sengaja. Accchhh… kontolku sudah tegang.

Kumatikan kompor. Roti panggang aku singkirkan dari tangan Linda. Kuajak Linda ciuman bibir. Tak lama, bibir kami saling memagut. Lidah kami saling memilin. Rasanya nikmat betul ciuman kali ini. Kontolku sudah tak terkata lagi tegangnya. Aku berdoa semoga sesegera mungkin aku bisa ngentot dengan istri tentara yang kesepian ini.

Linda mengajakku duduk di depan tv. Aku malah baring di pangkuannya. Pada situasi seperti ini, tiba-tiba Linda gelagapan. Dia seolah-olah baru tersadar kalau dia tidak pakai BH. Aku tersenyum. Ragu-ragu aku remas susunya. Linda menepis tanganku. Aku remas lagi. Ditepis lagi. Pantang menyerah, susu Linda aku gapai lagi. Kali ini tak ada penolakan. Tak akan kusia-siakan kesempatan ini. Susu Linda aku remas dengan lembut.

Aku bangkit dari rebah. Gantian Linda yang aku rebahkan. Bibirnya ku pagut lagi. Kami ciuman dengan panas. Lidah kami lagi-lagi saling memilin. Kali ini, tanganku sudah leluasa meremas susu Linda. Tak mengapa baru dari luar bajunya. Yang penting aku sudah berhasil meremas susunya hari ini.

Takut-takut, Linda aku bisiki, “Susu kamu Mas remas boleh ya Dik,” kataku. “Udah dari tadi kaleee. Kok masih bilang?” Jantungku gemetar bukan main. “Maksudnya, Mas pegang langsung. Boleh ya?”

Sungguh, aku tak lagi minta persetujuaannya. Daster Linda aku angkat. Tanganku langsung menyentuh susu Linda. Meski tak terlalu besar, susu Linda sangat kenyal. Paha Linda putih mulus. Sangat kontras dengan celana dalamnya yang berwarna hitam. Aku tak mau mengurus paha itu. Kupikir, itu urusan nanti. Susu kenyal ini lebih penting.

Kulirik, mata Linda terpejam. Ini kesempatan yang bagus. Susunya sudah terpentang di hadapanku. Dua-duanya. Kiri dan kanan. Apakah aku harus diam saja? Cuma meremas saja? Tentu tidak. Tanpa basa-basi lagi, susu Linda aku hisap. Aku jilati. Aku kenyot putingnya yang berwarna coklat kehitaman itu. ohhhh… nikmat nian.

Linda mendesah. Napasnya memburu. Dia gelagapan, seperti tak siap menerima serangan lidahku yang membabi buta di puting susunya. Badan Linda sudah kutindih. Bila susu kanan yang aku jilat, susu kiri aku remas dengan brutal. Begitu sebaliknya.

“Sudah Mas… ooooccchhhhh… sudddhhhhaaaaaaahhhh… hmmmmmmphhhh….” Begitu desahan Linda. Tapi aku tak peduli. Aku sudah menemukan kenikmatan. Aku tak akan membiarkan hal ini selesai begitu saja.

Masih sambil meremas susunya, aku berbisik lagi ke telinga Linda, “Dik, Mas ndak kuat… Mas Ndak kuat…” napasku memburu. Maksudku jelas, aku minta ngentot. Kontolku minta masuk ke lubang pepek Linda.

“Mas… saya lagi haid. Tidak bisa Mas…” kuraba pepek Linda yang masih terbungkus celana dalam warna hitam. Benar saja. Ada pembalut tebal di pepeknya. Aku benci. Andai saja dia tidak sedang haid, pasti saat ini aku langsung bisa ngentot. Pasti Linda mau ngentot denganku. Aku kecewa.

Kekecewaanku aku lampiaskan dengan mengulum puting susunya. Seperti tadi. Aku semakin buas saja. Tak ada bagian susu yang tak aku jilati. Semua aku hisap. Aku jilat. Aku kulum. Linda meringis. Mendesah. Menggigit bibir.

Sampai pada akhirnya kami keletihan. Kami sama-sama rebah di lantai. Kami saling melempar senyum. Linda menurunkan dasternya. Kontolku masih tegang. Belum menemukan pelampiasan. Aku benci dengan situasi seperti ini.

Setiap jeda aktivitas, aku selalu memeluk Linda. Kami ciuman. Saling pagut. Saling memilin lidah. Aku sudah mendapat restu untuk meremas susunya. Bahkan aku juga sudah dibolehkan meremas buah pantatnya. Sambil ciuman, tanganku masuk ke dalam celana dalamnya. Meremas buah pantatnya yang kenyal. Sungguh nikmat. Sayang, kami harus menyudahi permainan yang sungguh menyenangkan ini. Kami harus segera meliput berita. Ah... andai saja Linda tidak haid...

Linda, suatu saat nanti, kita harus ngentot. Harus. Kamu sudah jadi milikku.

Semoga kamu baca tulisan ini, Lindaku sayang.

Kontol Mas Ardi


Namaku Linda. Seperti cerita seks pada umumnya, Linda adalah nama samaran. Kata teman-teman, aku cantik. Meskipun tubuhku tidak terlalu bahenol. Payudaraku juga tidak terlalu besar.
Baiklah. Aku akan menceritakan sedikit kisah hidupku. Aku menikah dengan seorang perwira angkatan laut pada tahun 2014 lalu. Kupikir, meski wajahnya tak terlalu tampan, dia adalah seorang lelaki yang bertanggung jawab. Ternyata aku salah. Usianya yang setahun lebih muda dariku membuatnya tak pernah bisa dewasa. Aku menyesal sudah menikah dengannya. Sungguh.
Sebagai seorang perempuan yang sudah menikah, tentu saja aku juga ingin merasakan kehidupan seks yang layak. Tapi aku tak pernah mendapatkan itu dari suami. Kadang karena masalah ini, aku sering uring-uringan.
Aku  bekerja di sebuah bank swasta. Tugasku sebagai teller. Kadang aku ditugaskan turun ke lapangan oleh pimpinan.
Tahun 2015, aku dipindahkan ke Makassar. Suamiku juga bertugas di kota yang sama. Di Makassar, aku kenal dengan Manajer Marketing senior. Dia tampan. Namanya Ardiansyah. Aku memanggilnya Mas Ardi. Mas Ardi baik. Tidak seperti suamiku. Mas Ardi pengertian dan sayang kepadaku. Dia tau kalau aku sudah punya suami. Keadaan seperti ini membuatku tak segan menceritakan kehidupan rumah tanggaku ke Mas Ardi. Termasuk soal hubungan seks.
Mas Ardi paham kalau aku sebenarnya ingin punya kehidupan seks yang layak. Semakin hari hubunganku dengan Mas Ardi semakin intim. Kemana-mana selalu berdua. Bahkan aku sudah pernah ciuman bibir dengan Mas Ardi. Kami selalu melakukannya di saat yang pas. Entah itu saat ke toilet atau saat bank sudah sepi. Mas Ardi pintar soal ciuman. Dalam sekali cium, aku bisa sangat bernapsu. Aku tak marah ketika Mas Ardi juga meremas susuku yang tak terlalu besar ini. Aku malah suka. Sambil ciuman, sambil susuku diremas. Oh, sungguh nikmat. Jujur, aku ketagihan dengan hal ini.
Suatu hari, aku menceritakan kalau aku ingin punya anak, tapi tak mau dari suamiku. Aku katakan, aku ingin punya anak dari Mas Ardi. Dia kaget. Tapi responnya bagus.
Bulan April. Aku ingat hari itu adalah hari rabu tanggal 20. Aku dan Mas Ardi sedang ditugaskan memantau sebuah usaha kecil milik warga di desa HN. Tugas kami di desa HN cuma memakan waktu sekitar 20 menit saja. Sedangkan kami diberi waktu dua jam oleh pimpinan.
Perselingkuhan yang menyenangkan dimulai.
Mas Ardi mengajakku ke rumahku. Aku paham maksudnya apa. Tapi aku masih jaga gengsi. Sampai di rumah, kami berciuman. Bibir kami saling memagut. Rasanya nikmat sekali. Tangan Mas Ardi sudah menggerayangi susuku. Kancing bajuku juga sudah dia buka. Aku tidak melarang sama sekali karena jujur, aku memang menginginkannya. Begitu susuku sudah keluar dari bra, Mas Ardi menjilati susuku dengan lembut. Putting susuku dia jilat dan dia hisap seperti bayi yang sedang menyusu ke ibunya. Sensasinya luar biasa. Aku menggelinjang. Suamiku tak pernah melakukan ini.
Susuku, kanan dan kiri dijilati oleh Mas Ardi. Aku hanya bisa melenguh, mendesah kenikmatan. Lalu Mas Ardi membopongku ke kamar. Sampai di kamar, Mas Ardi menindihku dengan perlahan. Kami ciuman dengan sangat lembut. Susuku dia remas. Tak lama, dia menjilati susuku seperti tadi. Aku merintih. Sungguh, ini nikmat sekali.
“Sayang, kamu yakin mau melakukannya sekarang?” tanya Mas Ardi. Aku menginginkannya tapi aku malu. Aku harus berbasa-basi terlebih dahulu. Padahal, aku sudah sangat ingin merasakan kontolnya.
Di kamar, Mas Ardi membuka celana panjangku. Celana dalam segera menyusul. Dia buka pelan-pelan. Sangat tidak terburu-buru. Aku suka diperlakukan seperti ini. Lalu Mas Ardi membuka celananya sendiri. Tubuh bagian bawah kami sudah telanjang. Mas Ardi segera menindihku. Bibirku dilumatnya lagi. Kubalas dengan lumatan yang lebih kuat dari ciuman yang pertama tadi. Tiba-tiba kurasakan pepekku disentuh dan dibelai oleh Mas Ardi. Rasanya geli. Basah. Nikmat. Dan entah apa lagi.
Mas Ardi turun ke dadaku. Susuku dia jilat lagi. Dia sedot. Seperti tadi, seperti bayi yang sedang menyusu. Aku sudah tak tahan. Pepekku sudah gatal. Tapi aku juga tak mau permainan ini cepat selesai.
“Sayang, pepekmu aku oral ya.” Aku menolak. “Jangan, Mas. Aku malu. Pokoknya jangan.” Pintaku. Mas Ardi tidak memaksa.
Mas Ardi membuka pahaku. Dia rentangkan hingga bibir pepekku terbuka. Kontolnya yang lebih besar dari kontol suamiku dia gesek-gesekkan ke belahan pepekku. Uhhhh… rasanya nikmat luar biasa. Ada sensasi geli dan bikin merinding.
“Mas… pelan-pelan. Kontol Mas besar.” Kataku lirih. Mas Ardi tersenyum menenangkan. Aku suka dengan caranya menyetubuhiku ini. Lembut. Tidak kasar.
Perlahan aku merasakan kontol yang besar dan berotot itu masuk ke dalam pepekku. Oh, itu dia. Itu dia yang sangat aku harapkan sejak tadi. Kontol Mas Ardi  sudah masuk ke dalam pepekku. Rasanya ngilu. Tapi itu sebentar saja. Saat Mas Ardi sudah menggoyang dan memaju-mundurkan kontolnya, rasa nikmat yang menjalar. Aku memejamkan mata. Menikmati semua yang sedang terjadi.
Accchhhh… mmmmphhhh… Mas… terussssshhhh… aku mulai meracau. Mas Ardi menghajar pepekku dengan maksimal. Gerakan maju mundurnya begitu teratur. Nikmat. Aku coba mengimbangi dengan menggoyangkan pinggulku. Luar biasa. Selama aku nikah, inilah adegan ngentot yang paling nikmat yang pernah kurasakan.
Kontol Mas Ardi masih terus keluar masuk di lubang pepekku. Aku memejamkan mata. Rasanya sungguh nikmat. Kadang Mas Ardi melumat bibirku, kadang juga mengenyot susuku. Diam-diam, aku sudah orgasme. Rasanya seperti melayang. Nikmat sekali.
“Sayang, Mas mau keluar. Ohhh… ini dikeluarkan dimana?” tanya Mas Ardi sambil ngentotin aku. Susuku dia remas-remas. Makin lama makin cepat. Sepertinya dia sudah mau keluar.
“Di dalam pepekku saja Mas. Ayo mas… accchhh…”
“Lindaaaa… Mas keluarrrr… aaaccchhhhh…”
Pepekku langsung banjir. Sperma Mas Ardi menyemprot beberapa kali.  Aku menerimanya dengan ikhlas.
Selesai ngentot, kami berpelukan. Aku menangis. Aku tak pernah melakukan penghianatan apapun dalam hidupku. Tapi kali ini aku melakukan penghianatan terbesar. Aku ngentot dengan laki-laki yang bukan suamiku. Tapi aku mencintainya.
“Pepekmu masih sempit dan hangat, Linda. Makasih ya.” Mas Ardi melumat bibirku lagi. “Kontol mas juga besar.” Balasku. Kami berciuman. Cukup lama. Mas Ardi menindihku. Lidah kami saling memilin. Mata kami terpejam. Kurasakan ada yang membesar persis di selangkanganku. Oh, kontol Mas Ardi bangun lagi.
“Mas mau ngentot lagi?” Mas Ardi mengangguk, “Kalau Linda membolehkan.” Aku tersenyum, “Tentu saja boleh. Kita masih punya banyak waktu kan?”
Mas Ardi memintaku bangkit dari tidur. “Linda, kamu nungging dong. Mas pengen ngentotin Linda dari belakang.”
Aku menuruti kemauan Mas Ardi. Aku nungging. Pahaku aku renggangkan. Mas Ardi mengusap-usap bongkahan pantatku. Lalu, aku merasakan ada benda basah yang mengusap bibir pepekku dari belakang. “Occcchhhh… Mas, kamu ngapain? Kok jilatin pepekku? Geli tau? Kan aku bilang jangan. Accchhh… aduhhh… geli Mas… mmmmmppphhhh… ” aku mendesah sekali lagi. “Biar basah, sayang. Tahan ya,” lalu Mas Ardi menempelkan kontolnya yang sudah membesar maksimal itu. Dengan sedikit dorongan, kontol perkasa itu terbenam di pepekku. Mas Ardi ngentotin aku dari belakang. Seperti anjing yang sedang kawin. Ohhh… nikmat. Kontol Mas Ardi nikmat. Pantatku dia remas. Badanku terhuyung-huyung menerima sodokan demi sodokan dari Mas Ardi. Suara pangkal paha Mas Ardi yang bertemu dengan pantatku semakin membuat aku bernafsu. Plak…plak…plak… belum lagi suara kontol Mas Ardi yang keluar masuk di pepekku. Cpok…cpok…cpok… slepppp…slepppp… aku mendesah.
“Linda, mas keluar lagi. Ohhhh… occhhhh…”
Aku juga sudah siap dengan orgasme keduaku. Dan… kami melakukannya sama-sama. Masih dengan posisi nungging, Mas Ardi membenamkan kontolnya dalam-dalam ke pepekku. Rasanya sungguh nikmat tiada tara. Tak pernah kudapatkan yang seperti ini dari suamiku.
Gila. Aku sudah dua kali ngentot dengan Mas Ardi dalam rentang waktu kurang dari dua jam. Aku senang. Sperma Mas Ardi banyak. Kami saling cium terlebih dahulu sebelum akhirnya saling merapikan baju. Aku berjanji akan memberikan tubuhku ke Mas Ardi kalau dia minta lagi. Aku mencintainya.
SEKIAN.