Aku
meraba klitorisku dengan jari jariku, terasa nikmat sekali, beberapa saat
kututup mataku. Cepat sekali vaginaku sudah licin, basah sekali, sentuhan jari
jariku semakin menebarkan rasa nikmat. Sesekali aku tekan lebih keras, lututku
rasanya tidak sanggup menopang tubuhku.
Oh
ya, keasikan neh, perkenalkan namaku Linda, 27 tahun, sudah menikah dengan anggota
TNI AU, aku bekerja sebagai seorang guru SMA di Jakarta Timur. Hobiku adalah
masturbasi sambil menghayalkan pria pujaanku, fantasi-fantasi liar sering kali
tidak dapat kubendung, apalagi semenjak aku LDR hampir setahun ini. Dan
beginilah, belakangan ini jika sedang horny aku tidak kenal tempat untuk
memuaskan gejolak birahiku.
Balik
ke cerita tadi. Sangkin nikmatnya masturbasi di toilet sekolah, aku sampai
tidak menyadari kalau pintu toilet meski kututup tapi tidak kukunci. Aku
semakin tidak peduli, yang kutahu aku harus memuaskan birahiku yang sedang
terbakar, kucoba menahan desahanku, meski terkadang terlepas juga desisan
desisan kecil dari bibir tipisku.
“sshh..emhhh…”
desisan kecil sesekali keluar dari bibir tipisku. Aku membayangkan bercinta
dengan Pak Heri, guru olah raga baru di sekolah tempatku bekerja, Pak Heri
sungguh tampan dan tubuhnya yang sangat kekar, tadi siang aku memperhatikannya
yang sedang memberi petunjuk cara meregangkan otot kepada murid kelas 12. Ototnya
begitu kekar, belum lagi ada tonjolan yang menggelembung di antara pahanya.
Terus terbayang-bayang, aku jadi gak kuat lagi menahan birahiku sampai akhirnya
berujung di toilet sekolah ini ketika jam pelajaran berakhir dan sekolah sudah
sepi.
Aku
membayangkan bercinta dengan Pak Heri di toilet ini, dia memompa kontolnya yang
besar di vaginaku dari arah belakang, tubuhnya mendorong tubuhku sehingga aku
terpaksa menahan tubuhku di tembok toilet dan sedikit menungging. Aku
mempraktekkannya seolah-olah semuanya nyata, satu tanganku bertopang di dinding
dan yang lain membelai klitorisku dari depan. ‘Uuuh Pak Herrrriiii’, desisku
pelan. Aku terus mengejar kenikmatan, keringatku mulai keluar dari atas
keningku.
Tidak
lama aku merasa hampir tiba di ujung kenikmatan itu, namun tiba-tiba, ‘braaak’,
pintu toilet tiba-tiba terbuka.
‘Bu
Linda?’ kata orang yang berdiri di depan pintu toilet dengan mata yang tidak
berkedip sedikitpun melihatku.
Aku
tersentak kaget, ‘Pak Parman ehhhh…’, kataku kaget ketika melihat Pak Parman,
cleaning service sekolah yang umurnya sekitar 40 tahun.
Sangkin
kagetnya dan tidak tau berbuat apa aku jongkok merapatkan kakiku, namun
tanganku masih berada diantara selangkanganku, aku begitu kaget sampai lupa
menarik tanganku.
‘Pak
Parmaan keluar’, kataku dengan suara pelan. Wajahku pucat sangkin takut dan
malunya. Kurang ajar benar dia, bukannya keluar tapi malah cepat-cepat masuk
dan menutup pintu kamar toilet dan menguncinya.
‘Ngapain
Pak… keluar,’ perintahku dengan tetap berjongkok sambil merapikan rok ku ke
bawah yang tadinya tersingkap sampai ke pinggul.
‘Bu
Linda’, kata parman sambil mendekatiku dan mendekap tubuhku. Aku bertambah
kaget, tapi aku tidak berani berteriak, aku takut ada orang yang mengetahui
kalau aku masturbasi di toilet sekolah.
‘Jangaan
Pak’, kataku berusaha melepaskan dekapannya, kugeser tubuhku untuk melepaskan
diri dari dekapannya, namun dia tetap mendekapku sampai aku menabrak dinding.
‘Jangan
Paak’, kataku takut, dia tidak mendengarkanku, bahkan dia mendekatkan wajahnya
dan menciumi leherku.
‘Jangaaan’,
kataku lagi. Melihat Parman yang begitu beringas dengan nafas mendengus-dengus
menciumi leherku dan tangannya mulai meraba raba buah dadaku. Aku menyadari
kalau aku terjebak, aku berusaha melawan, dengan sekuat tenaga aku dorong
tubuhnya, berhasil, dia terjatuh di lantai toilet. Aku langsung mengambil
kesempatan, berdiri ke arah pintu, namun ketika aku mencoba membuka grendel
pintu toilet, tanganku tertahan oleh tangan Parman yang kekar.
‘Lepaskan’,
kataku, namun Parman yang sudah kesetanan itu tidak mendengarkanku, dia malah
memutar tangan kananku ke belakang tubuhku dengan paksa, tangannya yang lain
menahan tangan kiriku di dinding. Aku terjebak, tenaganya kuat sekali, tubuhku
seperti terkunci dan tidak bisa bergerak.
‘Pak
Parmman jangan…sakit..lepaskan’, kataku memohon dengan suara memelas.
‘Bu
Linda… biarkan aku…’, katanya di dekat telingaku, dengusan nafasnya sampai
terasa menerpa telingaku.
“ahhh
lepaskan’, aku memohon lagi begitu mengetahui tubuh kekarnya menekan tubuhku ke
dinding. Aku sangat takut, ketika merasa ada benda yang keras kenyal menabrak
bokongku.
‘ahh
kontolnya udah tegang, dia akan memperkosaku’, jerit batinku. Aku semakin
memberontak berusaha melepaskan kuncian tangannya yang menahan kedua tanganku.
‘Sebaiknya
Bu Linda jangan berisik, nanti ada orang yang dengar, biarlah saya dipukuli
orang tetapi saya akan cerita ke semua orang kalau Bu Linda masturbasi di kamar
mandi’, katanya mengancam.
Aku
mengurangi perlawananku, ancamannya begitu mengena. Apalagi di sekolah aku
dikenal sebagai wanita anggun yang berkarisma. Aku menghentikan perlawananku
dan berpikir sejenak. Kesempatan itu tidak disia-siakannya, tangan kananku
diletakkan ke atas merapat di dinding bersatu dengan tangan kiriku, dengan
tangan kirinya dia menahan kedua tanganku.
‘Jangan
Paaaak, kumohhhon jangaan’, aku memelas kepadanya. Tapi sia-sia, tangan kanannya
sudah bebas meraba raba buah dadaku, dia memeras buah dadaku keras sekali.
Ingin rasanya menangis tetapi aku takut malah ada yang dengar.
“Aaaaacccchh
Bu Linda… susu Bu Linda gede banget emmhh’, kata-kata kotor yang memuji
keindahan tubuhku keluar dari mulutnya. Kurang puas meraba buah dadaku yang
masih ditutupi kemeja, dia menarik kemejaku ke atas melepaskan dari dalam
rokku. Tangannya yang kasar mulai terasa meraba-raba perutku.
‘Ammpuun
Paaaaak… lepaskan’, kucoba lagi memohon ketika dia mulai memeras buah dadaku.
‘Emmhhhhh…
Bu Linda, gede banget susu Bu Linda”, katanya lagi dengan berbisik dari
belakang, dengusan nafasnya yang berderu menandakan dia sangat
bernafsu. Dan aku bisa merasakan penisnya sudah sangat keras sekali
menabrak-nabrak pantatku. Ini semua menandakan dia benar benar sudah sangat
ingin menyetubuhiku.
‘Bu
Linda ijinkan saya ngentotin Bu Linda’, bisiknya pelan sambil menarik rokku ke atas.
Aku kaget mendengarnya, tetapi tenagaku tidak cukup kuat melepaskan kuncian
tangannya.
‘Pak…
jangan… jangan Paaaakkk… kasihani aku’, kataku memelas. Sepertinya apapun yang
kukatakan tidak dapat membendung nafsu setannya, sejenak tidak kurasakan tangan
kanannya meraba raba tubuhku. Penasaran apa yang dilakukannya, aku menoleh ke
belakang dan alangkah kagetnya.
‘Oooh
jangan Paaaaak’, aku panik ketika melihat ke belakang dia mengeluarkan kontolnya,
meski tidak begitu jelas aku bisa melihat penisnya yang besar dan hitam legam
sudah keluar dari sarangnya. Belum hilang rasa kagetku, Parman menekan tubuhku
merapat ke dinding, aku merasakan benda kenyal dan keras menggesek dan menabrak
pantatku.
‘Aduuh
pantat Bu Linda montok banget. Putih, mulusssss, kenyal… owwwhhhh… nikmat
banget rasanya Bu…’, katanya meremas remas pantatku. Aku terkaget, aku baru
teringat jika ketika masturbasi tadi aku melepas celana dalamku dan celana
dalamku masih tergantung di pintu toilet.
‘Gawat
neh’, pekikku dalam hati mengetahui bokongku tidak dibaluti kain sedikitpun.
Pasti dia dengan mudah mencari sasaran tembaknya apa lagi vaginaku udah
mengeluarkan cairan karena masturbasi tadi, aku menjadi panik kembali, aku
takut membayangkannya. Kucoba lagi memberontak, tapi tetap sia sia. Aku pasrah,
rasanya tidak mungkin lepas, kurasakan ada benda kenyal sedang menggesek-gesek
belahan pepekku yang licin seperti mencari cari sasaran.
Akhirnya
benda itu berhenti tepat di mulut lubang pepekku setelah mendapatkan sasaran
tembak, kontol Parman sudah berada tepat di depan mulut vaginaku, aku sungguh
tidak berdaya.
‘Pak
Parman… ampun pak’, kataku memohon lagi demi menyadari dalam hitungan detik kontolnya
akan segera masuk ke dalam tubuhku.
‘Bu
Linda udah lama saya pengen giniin Bu Linda, Bu Linda seksi banget pantatnya. Pepeknya
pasti sempit nih. Bu Linda kan jarang dikentot sama suami Ibu yang lagi tugas
ke luar kota…’, katanya, dan itu benar sekali.
Dan
tiba-tiba kurasakan kontolnya mulai masuk, aku panik mencoba melawan dengan
sisa-sisa harapanku, bukannya terlepas tapi malah karena gerakan tubuhku kontol
itu malah terbenam masuk ke dalam lubang vaginaku.
‘Aaaaccccch
tidaaak’, pekikku dalam hati ketika kurasakan kontolnya terasa terbenam
memenuhi vaginaku. Aku menarik nafas, ingin rasanya menangis. Sungguh sial,
vaginaku yang sudah basah ketika aku masturbasi tadi malah memudahkan batang kontol
itu masuk, tetapi kupikir itu lebih baik, jika tidak, mungkin vaginaku bisa
lecet karena ada benda yang memaksa masuk, tapi berkat cairan yang sebelumnya
memang sudah membanjiri vaginaku membuat kontol Parman yang besar itu pun masuk
perlahan menggesek dinding lubang vaginaku perlahan.
‘Emmmh
Bu Linda, Pepek Bu Linda enak banget, ooohhh’, desahnya didekat telingaku
ketika kontolnya dibenamkan sedalam dalam mungkin dan terasa menyentuh rahimku.
Tangan Parman meremas bokongku. Kontolnya mulai masuk maju mundur dengan
teratur.
‘Ya
ampuuun panjang banget kontol laki laki ini, ampuuun’, pekikku dalam hati. Aku
berharap kontol itu udah mentok karena terasa sangat keras menabrak rahimku dan
terasa sedikit perih karena jujur aja belum pernah ada benda sebesar itu masuk
ke vaginaku.
Ketika
batang kontol itu amblas, masuk,maju mundur, aku terdiam, antara bingung,
takut, takjub, nikmat dan kaget. Semuanya berkecamuk di kepalaku. Aku benar-benar
terdiam, tidak bergerak. Aku pasrah, tidak mengeluarkan sepatah katapun, tidak
kusangka khayalanku bercinta di toilet sekolah, dan disetubuhi dari belakang
kesampean juga, tetapi bedanya bukan dengan Pak Heri dan aku tidak menginginkan
ini terjadi. Tapi kenyataannya, laki-laki yang sedang mendesah-desah di belakangku,
yang sedang membenamkan batang kontolnya di lubang surgaku yang berharga adalah
pegawai kebersihan alias cleaning service di sekolah kami. Kenyataan yang
harus kuterima, Parman sedang menikmati vaginaku, menikmati memompa penisnya
keluar masuk di lubang kemaluanku.
Aku
dia tunggingkan. Posisiku sudah bagus sekali. Aku yakin sekarang buah pantatku
yang mulus kian menambah semangat Parman ngentotin aku. Terbukti beberapa kali
Parman menampar pelan bokongku. Aku diam saja.
‘Oooh
Bu Linda… ohhh enaknya…’, desah Parman gak karuan berkali-kali.
‘Emmmh’,
aku mendesis kecil, meski aku tidak suka tapi tiba-tiba aku merasakan rasa
nikmat meski tersamar oleh rasa takutku. Parman terus mengocok kontolnya tanpa
henti, begitu dalam melesak masuk di lubang vaginaku. Kedua tanganku masih
ditahan oleh tangannya yang kekar di dinding toilet.
‘Oooh
yaaa ampppuuun kontolnya teraasa banget’, teriakku dalam hati. Ketika aku mulai
tenang, aku menyadari kalau kontol Parman memang besar dan keras sekali,
gesekan dan tusukan kontolnya begitu mantap memenuhi lubang vaginaku. Terasa
banget ada benda yang mengganjal di selangkanganku, mulai menebarkan rasa
nikmat yang menjalar di seluruh tubuhku. Diam diam aku mulai menikmati
diperkosa pria ini, tiap kali dia menggerakkan batang kontolnya, darahku
berdesir, sungguh luar biasa nikmat yang kudapat. Ketika dia menancapkan
penisnya kembali ke dalam liangku, aku mendesis pelan, kucoba tidak
mengeluarkan suara, aku terlalu sombong untuk mengakui kalau batang kontol itu
sungguh memberikan kenikmatan padaku, tetapi tetap saja desisan kecil keluar
dari bibirku.
‘mmmh
mmmmh’, desisku pelan. Aku mulai menikmati perkosaan ini. Jujur, suamiku yang
angkatan udara itu saja kontolnya tak sebesar ini. Ngentot dengan suamiku
sebenarnya rasanya hambar. Tidak senikmat ini. Kontol Parman sungguh nikmat
sekali.
‘Enak
kan Bu?, katanya tiba tiba.Ternyata dia mengetahui kalau aku mulai menikmati
tusukan kontolnya. Aku terdiam malu, tidak berani berkomentar, kalau kubilang
tidak atau memaki-makinya, dia pasti tahu aku bohong karena vaginaku sudah
mengeluarkan banyak cairan yang menandakan aku juga terangsang dan menikmati
enjotan kontolnya. Aku menundukkan kepalaku dan mencoba menghindari ciuman
bibirnya yang mengecup pipi kananku.
‘Tunggingkan
sedikit pantatnya Bu Linda…’, katanya sambil menarik pantatku ke atas.
‘Kurang
ajaaar… berani beraninya dia malah menyuruhku tambah nungging’, umpatku dalam hati.
Tapi aku tidak punya pilihan selain menuntaskan birahinya secepat mungkin, dan
berharap agar semuanya secepat mungkin berakhir. Aku ikuti saja kemauannya
dengan menunggingkan sedikit pantatku.
‘Emmh
pantat Bu Linda memang montok banget, putih, mulusssshhh, kenyalll…
aaaaccccchhhhh…. gak salah apa yang aku khayalin selama ini’, katanya sambil
meremas remas bokongku gemas.
‘Gila,
ternyata aku sudah lama jadi fantasi laki laki ini’, pikirku dalam hati. Merasa
posisiku sudah siap, sambil tangan kirinya menahan pinggulku, dia kembali
menggerakkan pinggulnya lagi. Kontolnya kembali keluar masuk lubang pepekku...
aaacccchhhh… rasanya sungguh nikmattt… kontol suamiku tak ada apa-apanya jika
dibanding kontol Parman.
‘Emmh
Paaaaak… pelan-pelan’, kataku ketika kurasakan penetrasi kontolnya terasa lebih
dalam dari sebelumnya, mungkin karena aku menunggingkan pantatku sehingga
posisi vaginaku benar-benar bebas hambatan. Parman tidak memperlambat
kocokannya, dia malah mempercepat, aku mulai mendesah-desah pelan masih menjaga
sikapku.
‘Emmh
emmmh’, desisku pelan merasakan gesekan batang kontolnya di lubang vaginaku.
Melihat tubuhku yang terdorong dorong ke depan, parman sepertinya sengaja
melepaskan kedua tanganku sehingga aku dapat menahan tekanan tubuhnya, dengan
kedua tanganku bertopang pada tembok.
‘Emmmh
gila seret banget… nikmat….’, erangnya. Kini kedua-tangannya meremas remas
bokongku yang bulat padat sambil tidak berhenti mengocok kontolnya. ‘Oowwwwwhhhhh
Bu…. Ooowwwwwwhhhhhhh’, Parman semakin keras mendesah, aku jadi takut
kalau-kalau ada orang yang mendengar desahannya itu.
“Pak
Parman..jaa..jangan berisik Pak...”, kataku memohon, takut desahannya didengar
orang.
‘I..i..iya
Bu… emhh abis enak banget’, katanya pelan dengan nafas menderu. Kocokan kontolnya
terasa semakin cepat. Kurang puas meremas-remas bokongku, dia menguakkan
belahan pantatku. dan kurasakan satu jarinya membelai anusku. Kontan aja aku
menggeliat, pantatku bergoyang ke kanan ke kiri karena kegelian.
‘Oooh
Pak Parman… oooccccchhhhhh…’, aku bukan lagi mendesis tetapi desahan mulai
keluar dari bibirku, rasa nikmat yang tercipta dari kocokan kontol Parman ditambah
gesekan jarinya yang membelai anusku seperti racikan yang pas membuat aku lupa
diri, dan membuatku tidak dapat membendung desahanku. Hebat sekali, rasanya aku
mulai benar benar menikmati semua ini, tubuhku terasa sangat geli, kenikmatan
rasanya menyebar di seluruh tubuhku.
‘Oooh…
acccccchhh…’, aku semakin menggila, desahanku bertambah keras saja, Parman bukan
saja hanya membelai anusku dengan jarinya tetapi memasukkan satu jarinya ke
anusku dan menusuk nusuk jarinya ke anusku, refleks pantatku semakin kutunggingkan,
tiap kali dia menarik kontolnya, dia membalasnya dengan menusukkan jarinya ke
anusku.
Jujur
saja, terlintas di benakku untuk melakukan anal sex dengan Pak Parman, seperti
yang dulu pernah kulakuan dengan mantan pacarku, Mas Andika. Parman semakin
mengerang tak karuan, tidak kuhiraukan lagi apa yang dikatakan Parman, rasanya
aku sudah mau orgasme.
‘Saya
mau keluar… ahh Bu Linda… ooooocccchhhhh…’, kudengar samar samar erangannya,
namun tidak kupedulikan karena aku juga merasa sudah mau orgasme.
‘oooooh…
emmmhhhhhh… oooh… ’ desahku lebih keras, kurapatkan tubuhku ke dinding, Parman mengikuti
tubuhku dan menekan keras-keras kontolnya ke dalam vaginaku, bahkan dia menusuk
jarinya sampai amblas di dalam anusku.
‘Aaaaahhhh
setaaan kau Parmaaaaan’, lirihku panjang, aku orgasme, aku tidak dapat
menahannya, sungguh luar biasa aku bisa orgasme ketika diperkosa. Kutelan air
liurku menikmati sisa kenikmatan, masih kurasakan penis Parman memenuhi liangku,
tetapi tidak kurasakan lagi jari parman di anusku, kedua tangannya memegang
pantatku dan memompa kontolnya dengan ganas.
‘Oooh
Bu Linda oooh…’, tiba tiba Parman mengerang keras dan menekan tubuhku keras, aku
kaget menyadari dia mau orgasme, tapi terlambat, diringi erangannya, kontol Parman
sudah menyemburkan sperma hangat menyirami rahimku. Berkali-kali dia
mengehentakkan penisnya dalam-dalam membuat tubuhku terdorong ke tembok.
‘Ooooh…
emmmh’, entah kenapa aku ikut menikmati sensasi ketika Parman orgasme di
liangku, denyutan-denyutan kecil batang kontolnya terasa di dinding lubang
vaginaku ketika cairan hangat spermanya berhamburan keluar menyirami lubangku.
‘Ahhh…
apa yang kulakukan? Parman orgasme di vaginaku’, pekikku dalam hati. Aku
tersadar kembali, kurapatkan tubuhku ke dinding dan menarik nafasku, aku
teringat kalau aku memang sudah mau haid, aku hanya bisa berharap spermanya
tidak membuahi telur dirahimku.
‘Aahhhh
Bu Linda emmh…’, dia mencoba mencium pipiku tapi kudorong dengan mata melotot.
Melihatku protes, dia segera merapikan pakaiannya tanpa membersihkan kontolnya
yang masih dilumuri cairan vaginaku.
‘Cepat
keluar Pak’, kataku dengan suara lantang sambil merapikan posisi rokku. Parman
tanpa berkata apa-apa langsung keluar dan kukunci pintu toilet. Aku langsung
membersihkan kemaluanku dari cairanku sendiri dan sperma Parman yang mengalir
keluar.
‘Gila…
banyak banget spermanya’, umpatku dalam hati. Aku mengenakan celana dalam dan
merapikan baju yang kukenakan.
Aku
mengendap-endap keluar toilet dengan hati berdebar, takut ada orang yang
mengetahui apa yang terjadi tadi di toilet. Suasana sekitar sekolah sepi,
memang saat itu sudah hampir jam 4 sore. Dengan hati berdebar aku memasuki
ruangan guru, kulihat kepala sekolah dan 2 orang guru belum pulang mereka lagi
sibuk dengan urusan masing masing. Aku sedikit bernafas lega meski perasaan
kotor masih ada di pikiranku. Dan sore itu aku pulang ke rumah dengan perasaan
yang tidak menentu antara malu, takjub, takut, nikmat, dan rasa ingin
dikentotin sama Parman lagi.