Kantorku
berisi lima orang dalam satu ruangan. Tiga laki-laki, dua cewek. Yang cewek tuh
namanya Yuyun Hazmithaningsih dan Sukma Tiara. Nah, yang mau aku ceritain di
sini adalah Sukma Tiara ini.
Tiara, biasa
dia dipanggil, sangat rapi dalam berbusana. Dia pake jilbab. Gak pernah
sekalipun dia bertingkah yang aneh-aneh, apalagi sampe yang mengundang birahi.
Suatu hari,
gak tau kenapa kok aku bener-bener kepengen ngentotin dia. Tiara berangkat ke
kantor agak siang. Dia kehujanan rupanya. Rok yang dia pake agak basah,
terutama bagian pantat. Nah, dari sini mulanya. Pas Tiara nungging ngambil
berkas di laci meja, pantatnya tuh aduhai banget. Celana dalamnya tuh njeplak
dan menggairahkan. Karena sedikit basah, jadinya bongkahan pantat Tiara pun
agak membayang. Aku gak sengaja ngelihat pantat Tiara ini. Seketika aku
terperangah. Aku liatin puas-puas pantat yang indah itu. Sialan. Kontolku
mengeras. Aku gak kuat ngeliat Tiara nungging kayak gitu.
Pas Tiara ke
WC, diam-diam aku ngikutin. WC agak jauh dari ruang kantor kami. Tiara masuk
WC. Aku mengendap-endap. Gak lama, pintu WC kebuka. Aku cepet nyerobot masuk.
Tentu aja Tiara kaget bukan kepalang.
Aku gak mau
lama-lama lagi. Takut bikin curiga temen-temen. Pintu WC cepet aku tutup. Tiara
aku pepet ke dinding. Mulutnya aku bekap dengan tangan kananku. Sedang tangan
kiriku meremas bongkahan pantatnya yang nungging tadi. Tiara berontak. Sehingga
aku terus menggencet dia ke dinding.
“Tiara,
plisss. Turuti kemauanku sekali ini saja. Aku gak bakal nyakitin kamu kalo kamu
mau bersikap kooperatif. Aku pengen ngentotin kamu sekarang. Sebentar saja.
Kamu ngangguk kalo kamu mau, dan aku gak bakal nyakitin kamu. Tapi kalo kamu
teriak, aku gak segan-segan melukai kamu. Jadi…?”
Agak lama
Tiara diam. Dia nangis. Bodo amat. Tanganku tetep meremas bongkahan pantatnya.
Malahan pelan-pelan aku mulai angkat roknya. Kontolku yang udah ngaceng berat
sekali-sekali aku tempelin ke belahan pantatnya yang masih terbungkus rapat
itu. Rasanyaaaa… ahhhh, hangat.
“Gimana
Tiara? Mau ngentot sama aku gak?”
Dalam
tangisnya, Tiara ngangguk juga. Pelan-pelan bekapan tanganku di mulutnya aku
lepasin. Tiara mulai sesenggukan. Saat aku udah yakin kalo Tiara gak bakal
teriak atau memberontak lagi, aku mulai aksiku dengan cekatan. Aku angkat rok
Tiara. Aku singkap tinggi-tinggi. Aku tunggingkan dia. Tangannya bertumpu di
dinding.
Dan… benar
saja. Aku sudah menduga kalau bongkahan pantat ini pasti mulus, putih, tanpa
cela. Gilaaaa. Pantat Tiara membusung bulat dan kenyal. Aku usap-usap dengan
penuh napsu. Pahanya, gak usah ditanya lagi. Pahanya bagus. Kenyal. Putih,
padat berisi. Pinggulnya ramping meski Tiara udah punya anak satu. Tangis Tiara
justru membuat aku kian ngaceng.
Perlahan aku
mulai melorotin celana dalamnya. Anjiiiing. Belahan pantatnya men, ahhh…
bener-bener menggoda, menggairahkan, kenyal, putih dan mulus. Aku jongkok
persis di belakang Tiara yang nungging menggemaskan ini. Sambil aku remas
pantat yang indah itu, belahannya aku buka, aku jilati lobang pepeknya yang
sedikit ditumbuhi bulu halus. Tiara mengerang pelan. Tubuhnya seketika
menggeliat saat lidahku menyapu belahan pantatnya dan sesekali mencocol lobang
pepeknya dengan ujung lidahku. Rasanya nikmat sekali.
Aku gak mau
lama-lama. Takut ada yang curiga. Aku segera membuka celanaku sendiri. Kontolku
aku keluarin dari celana dalam. “Tiara, tolong kamu emut sebentar kontolku ini.
Biar licin saat ngentotin kamu nanti. biar kamu gak sakit.” Kataku. Tiara balik
badan dan langsung jongkok di hadapan kontolku. Masih dengan sesenggukan,
mulutnya terbuka dan mulai mengulum kontolku. Sesekali lidahnya yang panas
mengelitik ujung kontolku. Buah pelirku juga gak luput dari sapuan lidah Tiara.
Ohhhhh, nikmat sekali rasanya. Rupanya Tiara sudah mahir juga nyepongin kontol.
Aku yakin, suaminya lah yang ngajarin dia nyepong sampe-sampe dia jago gini.
Dan demi setan yang sedang merasuk di otakku, aku gak pengen cepet-cepet
menyudahi sesi ngemut kontol ini. Tapi mau gimana lagi. Kondisi lagi gak
memungkinkan.
“Accchhh…
uddd… uddddaaaahhh Tiara. Sekaranghhh kamu nungging yahhh.” Aku mulai
ngos-ngosan. Tiara tanpa banyak bicara, langsung nungging kayak tadi. Tangannya
bertumpu ke dinding. Aku langsung mengarahkan kepala kontolku ke lobang pepek
Tiara yang udah merekah. Pepek Tiara udah agak basah. Astaga, jangan-jangan
Tiara juga terangsang saat ngemut kontolku tadi??? Ah, terserah. Aku mulai
menekan kontolku. Gak susah masuk ke pepek yang memang udah basah. Kontolku
keluar masuk dengan leluasa. Aku mendesah. Tiara juga. Tanganku mencengkeram
pinggul Tiara. Sedang pinggulku sendiri bergoyang maju-mundur dengan teratur.
Aku mendengar desah yang tertahan dari mulut Tiara saat kontolku aku hujamkan
sedikit kuat ke lobang pepeknya. Pantat Tiara yang kenyal itu memantul-mantul
dengan indah saat bertemu dengan pangkal pahaku.
Kontolku
berkedut. Seperti ada yang mau keluar. Aku mempercepat goyanganku. Tiara
seperti terbanting-banting. “Tiaraaaaa… aaaahhh… aaaahhhhh… aku mau keluarrrrr…
ini dikeluarin di manaaaaa???” bisikku pada Tiara.
“Hmmmmmmphhh…
tumpahin di dalam aja, Pak. Tiara udah KB. Hmmmphhh… accchhhhh…”
Pinggul
Tiara aku remas kuat-kuat. Kontolku aku benamkan dalam-dalam. Aku muncrat di
dalam pepek Tiara. Banyak sekali spermaku yang tumpah. Malah ada yang sampe
netes ke lantai.
Tiara aku
peluk dari belakang. Aku cium leher belakangnya. “Tiara, maafkan aku.” Kataku
tulus. Aku udah memperkosa Sukma Tiara. Aku udah ngontolin Tiara. Aku udah
ngentotin dia kayak gini. Semoga setelah ini Tiara gak marah sama aku.
Tiara hanya
ngangguk. Gak ngomong apa-apa dia.
Gak lama,
kami saling memakai pakaian masing-masing yang berantakan ini.
Inilah
ceritaku Memperkosa Sukma Tiara. Semoga kejadian ini gak terjadi ke pembaca
sekalian.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar