Pertama, aku mau bilang makasih buat Admin blog ini yang sudah
memposting tulisanku. Aku tak ada maksud lain selain ingin berbagi pengalamaan.
Ini adalah kisah nyata.
Aku tinggal di Kota PB. aku bekerja di salah satu surat kabar di
kota tersebut. Langsung saja. Pada bulan Agustus 2015, kantorku kedatangan
wartawati senior dari Pulau Jawa. Namanya Nana Risky Lindasari Siregar. Itu
nama dia yang sebenarnya. Kupanggil dia Linda.
Linda ini cantik lah. Bodinya imut. Mungil. Selain putih dan
cantik, tak ada lagi yang istimewa di dirinya. Susunya tak terlalu besar.
Pinggulnya biasa saja. Bokongnya juga tak terlalu membusung. Dia pake jilbab.
Pertama kali kenal dengan Linda, aku sudah suka. Senyumnya
menyenangkan. Sebagai laki-laki yang terbilang tampan di kantor, aku sudah
berhasil mengajak Linda jalan-jalan kurang dari seminggu sejak kedatangan Linda di kantorku. Aku tau dari ceritanya kalau dia sudah
punya suami. Suaminya adalah perwira TNI. Tapi Linda mengaku kalau dia tidak
bahagia dengan suaminya. Suaminya itu pake narkoba. Tukang ambil uangnya juga
di ATM. Suka main perempuan. Kasihan sekali Linda ini.
Oktober 2015. Aku sudah mencium Linda. Linda sudah jatuh cinta
kepadaku. Lantas, Desember 2015, aku sudah berhasil mencium bibir Linda.
Rasanya nikmat sekali. Lembut. Aku suka ciuman bibir dengan Linda. Linda juga
begitu. Sejak pertama kali ciuman bibir denganku, di bulan Desember itu, sampai
sekarang sudah tak terhitung lagi kami ciuman. Setiap ada kesempatan, kami selalu berciuman bibir. Saling pagut.
Aku juga sudah beberapa kali main ke rumah Linda. Di rumahnya, aku
semakin bebas. Suaminya tak ada. Semakin leluasa lah aku menciumi istri tentara
yang bodoh itu.
Pada bulan April 2016, aku main ke rumah Linda lagi. Tak pakai
basa-basi lagi, begitu aku sampai di rumahnya, kupeluk Linda dari belakang.
Kuciumi dia. Dia merintih. Menggeliat. Padahal dia lagi masak. Tanganku sudah
mulai berani menyentuh susunya. Sambil kucium, sambil aku senggol-senggol
susunya. Aku intip dari celah kerah bajunya, Linda tidak pakai BH. Aku yakin
dia sengaja. Accchhh… kontolku sudah tegang.
Kumatikan kompor. Roti panggang aku singkirkan dari tangan Linda.
Kuajak Linda ciuman bibir. Tak lama, bibir kami saling memagut. Lidah kami
saling memilin. Rasanya nikmat betul ciuman kali ini. Kontolku sudah tak
terkata lagi tegangnya. Aku berdoa semoga sesegera mungkin aku bisa ngentot
dengan istri tentara yang kesepian ini.
Linda mengajakku duduk di depan tv. Aku malah baring di
pangkuannya. Pada situasi seperti ini, tiba-tiba Linda gelagapan. Dia
seolah-olah baru tersadar kalau dia tidak pakai BH. Aku tersenyum. Ragu-ragu
aku remas susunya. Linda menepis tanganku. Aku remas lagi. Ditepis lagi.
Pantang menyerah, susu Linda aku gapai lagi. Kali ini tak ada penolakan. Tak
akan kusia-siakan kesempatan ini. Susu Linda aku remas dengan lembut.
Aku bangkit dari rebah. Gantian Linda yang aku rebahkan. Bibirnya
ku pagut lagi. Kami ciuman dengan panas. Lidah kami lagi-lagi saling memilin.
Kali ini, tanganku sudah leluasa meremas susu Linda. Tak mengapa baru dari luar
bajunya. Yang penting aku sudah berhasil meremas susunya hari ini.
Takut-takut, Linda aku bisiki, “Susu kamu Mas remas boleh ya Dik,”
kataku. “Udah dari tadi kaleee. Kok masih bilang?” Jantungku gemetar bukan
main. “Maksudnya, Mas pegang langsung. Boleh ya?”
Sungguh, aku tak lagi minta persetujuaannya. Daster Linda aku
angkat. Tanganku langsung menyentuh susu Linda. Meski tak terlalu besar, susu
Linda sangat kenyal. Paha Linda putih mulus. Sangat kontras dengan celana
dalamnya yang berwarna hitam. Aku tak mau mengurus paha itu. Kupikir, itu
urusan nanti. Susu kenyal ini lebih penting.
Kulirik, mata Linda terpejam. Ini kesempatan yang bagus. Susunya
sudah terpentang di hadapanku. Dua-duanya. Kiri dan kanan. Apakah aku harus
diam saja? Cuma meremas saja? Tentu tidak. Tanpa basa-basi lagi, susu Linda aku
hisap. Aku jilati. Aku kenyot putingnya yang berwarna coklat kehitaman itu.
ohhhh… nikmat nian.
Linda mendesah. Napasnya memburu. Dia gelagapan, seperti tak siap
menerima serangan lidahku yang membabi buta di puting susunya. Badan Linda
sudah kutindih. Bila susu kanan yang aku jilat, susu kiri aku remas dengan
brutal. Begitu sebaliknya.
“Sudah Mas… ooooccchhhhh… sudddhhhhaaaaaaahhhh… hmmmmmmphhhh….”
Begitu desahan Linda. Tapi aku tak peduli. Aku sudah menemukan kenikmatan. Aku
tak akan membiarkan hal ini selesai begitu saja.
Masih sambil meremas susunya, aku berbisik lagi ke telinga Linda,
“Dik, Mas ndak kuat… Mas Ndak kuat…” napasku memburu. Maksudku jelas, aku minta
ngentot. Kontolku minta masuk ke lubang pepek Linda.
“Mas… saya lagi haid. Tidak bisa Mas…” kuraba pepek Linda yang
masih terbungkus celana dalam warna hitam. Benar saja. Ada pembalut tebal di
pepeknya. Aku benci. Andai saja dia tidak sedang haid, pasti saat ini aku
langsung bisa ngentot. Pasti Linda mau ngentot denganku. Aku kecewa.
Kekecewaanku aku lampiaskan dengan mengulum puting susunya.
Seperti tadi. Aku semakin buas saja. Tak ada bagian susu yang tak aku jilati.
Semua aku hisap. Aku jilat. Aku kulum. Linda meringis. Mendesah. Menggigit
bibir.
Sampai pada akhirnya kami keletihan. Kami sama-sama rebah di
lantai. Kami saling melempar senyum. Linda menurunkan dasternya. Kontolku masih
tegang. Belum menemukan pelampiasan. Aku benci dengan situasi seperti ini.
Setiap jeda aktivitas, aku selalu memeluk Linda. Kami ciuman.
Saling pagut. Saling memilin lidah. Aku sudah mendapat restu untuk meremas
susunya. Bahkan aku juga sudah dibolehkan meremas buah pantatnya. Sambil
ciuman, tanganku masuk ke dalam celana dalamnya. Meremas buah pantatnya yang
kenyal. Sungguh nikmat. Sayang, kami harus menyudahi permainan yang sungguh menyenangkan ini. Kami harus segera meliput berita. Ah... andai saja Linda tidak haid...
Linda, suatu saat nanti, kita harus ngentot. Harus. Kamu sudah
jadi milikku.
Semoga kamu baca tulisan ini, Lindaku sayang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar