Jumat, 14 Oktober 2016

Susu Kenyal Lindasari, Istri TNI


Pertama, aku mau bilang makasih buat Admin blog ini yang sudah memposting tulisanku. Aku tak ada maksud lain selain ingin berbagi pengalamaan. Ini adalah kisah nyata.

Aku tinggal di Kota PB. aku bekerja di salah satu surat kabar di kota tersebut. Langsung saja. Pada bulan Agustus 2015, kantorku kedatangan wartawati senior dari Pulau Jawa. Namanya Nana Risky Lindasari Siregar. Itu nama dia yang sebenarnya. Kupanggil dia Linda.

Linda ini cantik lah. Bodinya imut. Mungil. Selain putih dan cantik, tak ada lagi yang istimewa di dirinya. Susunya tak terlalu besar. Pinggulnya biasa saja. Bokongnya juga tak terlalu membusung. Dia pake jilbab.

Pertama kali kenal dengan Linda, aku sudah suka. Senyumnya menyenangkan. Sebagai laki-laki yang terbilang tampan di kantor, aku sudah berhasil mengajak Linda jalan-jalan kurang dari seminggu sejak kedatangan Linda di kantorku. Aku tau dari ceritanya kalau dia sudah punya suami. Suaminya adalah perwira TNI. Tapi Linda mengaku kalau dia tidak bahagia dengan suaminya. Suaminya itu pake narkoba. Tukang ambil uangnya juga di ATM. Suka main perempuan. Kasihan sekali Linda ini.

Oktober 2015. Aku sudah mencium Linda. Linda sudah jatuh cinta kepadaku. Lantas, Desember 2015, aku sudah berhasil mencium bibir Linda. Rasanya nikmat sekali. Lembut. Aku suka ciuman bibir dengan Linda. Linda juga begitu. Sejak pertama kali ciuman bibir denganku, di bulan Desember itu, sampai sekarang sudah tak terhitung lagi kami ciuman. Setiap ada kesempatan, kami selalu berciuman bibir. Saling pagut.

Aku juga sudah beberapa kali main ke rumah Linda. Di rumahnya, aku semakin bebas. Suaminya tak ada. Semakin leluasa lah aku menciumi istri tentara yang bodoh itu.

Pada bulan April 2016, aku main ke rumah Linda lagi. Tak pakai basa-basi lagi, begitu aku sampai di rumahnya, kupeluk Linda dari belakang. Kuciumi dia. Dia merintih. Menggeliat. Padahal dia lagi masak. Tanganku sudah mulai berani menyentuh susunya. Sambil kucium, sambil aku senggol-senggol susunya. Aku intip dari celah kerah bajunya, Linda tidak pakai BH. Aku yakin dia sengaja. Accchhh… kontolku sudah tegang.

Kumatikan kompor. Roti panggang aku singkirkan dari tangan Linda. Kuajak Linda ciuman bibir. Tak lama, bibir kami saling memagut. Lidah kami saling memilin. Rasanya nikmat betul ciuman kali ini. Kontolku sudah tak terkata lagi tegangnya. Aku berdoa semoga sesegera mungkin aku bisa ngentot dengan istri tentara yang kesepian ini.

Linda mengajakku duduk di depan tv. Aku malah baring di pangkuannya. Pada situasi seperti ini, tiba-tiba Linda gelagapan. Dia seolah-olah baru tersadar kalau dia tidak pakai BH. Aku tersenyum. Ragu-ragu aku remas susunya. Linda menepis tanganku. Aku remas lagi. Ditepis lagi. Pantang menyerah, susu Linda aku gapai lagi. Kali ini tak ada penolakan. Tak akan kusia-siakan kesempatan ini. Susu Linda aku remas dengan lembut.

Aku bangkit dari rebah. Gantian Linda yang aku rebahkan. Bibirnya ku pagut lagi. Kami ciuman dengan panas. Lidah kami lagi-lagi saling memilin. Kali ini, tanganku sudah leluasa meremas susu Linda. Tak mengapa baru dari luar bajunya. Yang penting aku sudah berhasil meremas susunya hari ini.

Takut-takut, Linda aku bisiki, “Susu kamu Mas remas boleh ya Dik,” kataku. “Udah dari tadi kaleee. Kok masih bilang?” Jantungku gemetar bukan main. “Maksudnya, Mas pegang langsung. Boleh ya?”

Sungguh, aku tak lagi minta persetujuaannya. Daster Linda aku angkat. Tanganku langsung menyentuh susu Linda. Meski tak terlalu besar, susu Linda sangat kenyal. Paha Linda putih mulus. Sangat kontras dengan celana dalamnya yang berwarna hitam. Aku tak mau mengurus paha itu. Kupikir, itu urusan nanti. Susu kenyal ini lebih penting.

Kulirik, mata Linda terpejam. Ini kesempatan yang bagus. Susunya sudah terpentang di hadapanku. Dua-duanya. Kiri dan kanan. Apakah aku harus diam saja? Cuma meremas saja? Tentu tidak. Tanpa basa-basi lagi, susu Linda aku hisap. Aku jilati. Aku kenyot putingnya yang berwarna coklat kehitaman itu. ohhhh… nikmat nian.

Linda mendesah. Napasnya memburu. Dia gelagapan, seperti tak siap menerima serangan lidahku yang membabi buta di puting susunya. Badan Linda sudah kutindih. Bila susu kanan yang aku jilat, susu kiri aku remas dengan brutal. Begitu sebaliknya.

“Sudah Mas… ooooccchhhhh… sudddhhhhaaaaaaahhhh… hmmmmmmphhhh….” Begitu desahan Linda. Tapi aku tak peduli. Aku sudah menemukan kenikmatan. Aku tak akan membiarkan hal ini selesai begitu saja.

Masih sambil meremas susunya, aku berbisik lagi ke telinga Linda, “Dik, Mas ndak kuat… Mas Ndak kuat…” napasku memburu. Maksudku jelas, aku minta ngentot. Kontolku minta masuk ke lubang pepek Linda.

“Mas… saya lagi haid. Tidak bisa Mas…” kuraba pepek Linda yang masih terbungkus celana dalam warna hitam. Benar saja. Ada pembalut tebal di pepeknya. Aku benci. Andai saja dia tidak sedang haid, pasti saat ini aku langsung bisa ngentot. Pasti Linda mau ngentot denganku. Aku kecewa.

Kekecewaanku aku lampiaskan dengan mengulum puting susunya. Seperti tadi. Aku semakin buas saja. Tak ada bagian susu yang tak aku jilati. Semua aku hisap. Aku jilat. Aku kulum. Linda meringis. Mendesah. Menggigit bibir.

Sampai pada akhirnya kami keletihan. Kami sama-sama rebah di lantai. Kami saling melempar senyum. Linda menurunkan dasternya. Kontolku masih tegang. Belum menemukan pelampiasan. Aku benci dengan situasi seperti ini.

Setiap jeda aktivitas, aku selalu memeluk Linda. Kami ciuman. Saling pagut. Saling memilin lidah. Aku sudah mendapat restu untuk meremas susunya. Bahkan aku juga sudah dibolehkan meremas buah pantatnya. Sambil ciuman, tanganku masuk ke dalam celana dalamnya. Meremas buah pantatnya yang kenyal. Sungguh nikmat. Sayang, kami harus menyudahi permainan yang sungguh menyenangkan ini. Kami harus segera meliput berita. Ah... andai saja Linda tidak haid...

Linda, suatu saat nanti, kita harus ngentot. Harus. Kamu sudah jadi milikku.

Semoga kamu baca tulisan ini, Lindaku sayang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar